Suara.com - Selama ini kelebihan berat badan (obesitas) dianggap sebagai pemicu beberapa penyakit seperti penyakit jantung, diabetes dan penyakit degeneratif.
Namun studi terkini menunjukkan bahwa obesitas serta beberapa karakteristik fisik dan hormon terkait lainnya juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada lelaki.
Di Inggris, sekitar 400 orang lelaki didiagnosis menderita kanker payudara setiap tahunnya. Namun penyebabnya masih belum dipahami karena fakta ini jarang ditemukan.
Meskipun faktor genetik bisa menjadi penyebab, ada indikasi bahwa faktor fisik dan hormonal tertentu juga terkait dengan risiko ini. Hanya saja, ketidakpastian tetap ada karena jumlah pasien yang relatif terbatas dalam studi individu.
Sebuah proyek yang diberi nama "Male Breast Cancer Pooling Project" mengumpulkan beberapa studi di seluruh dunia yang mencari penyebab penyakit ini. Proyek ini juga mengumpulkan data dari studi kanker payudara laki-laki terbesar sampai saat ini yang didanai oleh Breakthrough Breast Cancer.
Ukuran dan skala proyek ini memungkinkan tim ilmuwan internasional untuk menggabungkan temuan mereka dan menjadi lebih konklusif . Tim peneliti menemukan bahwa risiko kanker payudara pada lelaki meningkat sejalan dengan berat badan. Ini artinya, obesitas dapat meningkatkan risiko lelaki menderita kanker payudara sekitar 30 persen.
Para peneliti mengatakan sindrom Klinefelter (kelebihan kromosom X pada lelaki), juga bisa meningkatkan risiko kanker payudara.
Sindrom ini juga berhubungan dengan gynecomastia, yakni jaringan payudara yang membesar pada lelaki. Hal ini tampaknya memiliki efek risiko yang berbeda dari obesitas.
Sindrom Klinefelter merupakan kelainan genetik yang dialami lelaki yang ditandai dengan tidak berkembangnya organ seks primer seperti penis dan testis. Lelaki normal umumnya memiliki kromosom seks berupa XY, tapi pada penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY.
"Penelitian ini menyatukan data dari studi kanker payudara laki-laki dari seluruh dunia untuk memperjelas faktor risiko yang tidak menentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lelaki yang kelebihan berat badan mungkin berisiko lebih tinggi menderita kanker payudara," ujar Profesor Anthony, profesor epidemiologi dari The Institute of Cancer Research, London seperti dilansir Female First.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ukuran tubuh berhubungan dengan kadar hormon. Faktor hormonal mungkin juga menjadi alasan mengapa pasien mengalami sindrom Klinefelter yang dapat meningkatkan risiko lelaki menderita kanker payudara.
"Hasil penelitian kami menunjukkan perlunya untuk menyelidiki lebih lanjut peran hormon seks sebagai penyebab kanker payudara pada lelaki," jelas Swerdlow.
Sementara itu, peneliti dari Breakthrough Breast Cancer, Dr Matius Lam, mengatakan faktor hormonal memainkan peran besar dalam meningkatkan risiko kanker payudara pada perempuan. Hanya saja bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi risiko pada lelaki tidak dipahami dengan baik.
"Studi ini memberikan wawasan baru soal kontribusi dari kadar hormon seks dan kondisi fisik yang menyebabkan kanker payudara laki-laki. Menjelajahi hubungan ini lebih lanjut akan menjadi langkah berikutnya untuk Payudara Pria Kanker Pooling Project," ujarnya.
Dr Lam mengatakan sulit untuk memprediksi kapan lelaki akan menderita kanker payudara. Itulah yang menjadi alasan mengapa Breakthrough meneliti hal ini lebih lanjut hingga para peneliti menemukan sebuah gen, yang disebut RAD51B, yang dapat menyebabkan kanker payudara pada lelaki.
"Penemuan ini bisa membantu menemukan pengobatan baru penyakit ini dan juga telah memungkinkan kami untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana perubahan pada gen RAD51B dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada perempuan," tut