Suara.com - Fight Club, film yang diperankan Brad Pitt dan Edward Norton pada 1999 itu kini semakin digandrungi oleh pria-pria di kota besar dunia. Meski berlainan latar belakang dan jenis pekerjaan, tetapi pria-pria tersebut memiliki satu kesamaan, yakni tahu kapan harus menggunakan tinjunya.
Executive Fight Club di Australia, Paul Diacogiorgis, mengatakan bahwa kegiatan ini memiliki fungsi positif. Utamanya, melatih kedisplinan dan menyalurkan amarah yang terpendam.
"Dalam klub juga dibahas faktor apa-apa saja yang membuat orang berkelahi. Kami di sini akan membantu dalam menyalurkan kemarahan agar mereka tidak mudah terprovokasi dan berkelahi," katanya.
Anggota Fight Club, Joe "Butterbean" Sweeney, bercerita bahwa dirinya adalah pembuat onar yang telah 2.000 kali terlibat perkelahian di jalanan. Bahkan, berkat aksinya tersebut, Sweeney harus mendekam di dalam jeruji bui untuk beberapa tahun.
Namun kini kehidupan Sweeney telah berubah, tepatnya saat ia berkenalan dengan Fight Club pada 2008. Di tempat itu, Sweeney belajar mengontrol diri agar tidak mudah terjebak dalam perkelahian.
"Saya telah berkelahi di jalan sejak umur 10 tahun. Saya pernah di penjara akibat berkelahi dan memiliki luka sepanjang 13 sentimeter di punggung saya," katanya.
Bertempur dengan Rasa Hormat
Petarung bebas asal Brasil, Marcelo, yang juga anggota Fight Club mengatakan bahwa klubnya mengajarkan cara bertarung dengan rasa hormat.
"Inti bertarung dalam arti sebenarnya adalah bertarung dengan rasa hormat. Bahkan pertarungan terkejam sekalipun adalah tentang rasa hormat," ujarnya.
"Di dalam Fight Club saya mendapatkan lebih kepercayaan diri dan hormat. Saya juga lebih tenang menyalurkan emosi dalam pertarungan," ujarnya.
Sementara itu, petarung Muay Thai, yang juga anggota Fight Club, Simon Maiit merasa bersyukur mengenal klub tersebut sebelum dirinya jauh terjebak dalam perkelahian jalanan.