Suara.com - Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu RI menanggapi klaim Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) yang mengaku mengantongi bukti dugaan kecurangan pada Pilkada Jakarta 2024.
Anggota Bawaslu RI Puadi menyebut pihaknya sudah menerima informasi tersebut dan menginstruksikan jajaran Bawaslu di tingkat provinsi kabupaten/kota untuk menindaklanjuti informasi tersebut.
“Artinya, bahwa informasi awal tersebut memang perlu dalam proses penelusuran ya. Artinya, kita tidak menunggu laporan, tapi ternyata sampai perkembangan terakhir, tadi kita sudah crosscheck di DKI memang belum ada laporan,” kata Puadi di Kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2024).
Meski belum ada laporan yang disampaikan kepada Bawaslu, dia menegaskan pihaknya akan menelusuri beberapa titik warung kopi yang diduga menjadi lokasi pelanggaran berupa politik uang dan pembagian sembako.
Baca Juga: Update Quick Count Charta Politika, Suara Masuk 99,99 Persen: Pram-Rano Unggul 50,12 Persen
“Tetap informasi awal yang datang, kami sudah minta pada jajaran untuk melakukan penelusuran terhadap informasi di beberapa titik-titik di warkop tersebut,” kata Puadi.
Sebelumnya, Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) menyebut ada dugaan kecurangan di Pilkada Jakarta sudah terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Kubu Pasangan Calon lain disebut mulai membagikan uang dan paket sembako demi merebut suara.
Hal ini diungkap Ketua Tim Pemenangan RIDO, Ahmad Riza Patria. Ia menyebut pelanggaran Pemilu ini terjadi secara masif bahkan dilakukan saat masa tenang kampanye.
“Kami menerima beberapa laporan, perkembangan, foto, dan video dari seluruh kader, ormas, serta relawan yang masuk ke tim pemenangan," ujar Riza kepada wartawan, Selasa (26/11/2024).
“Didapati adanya dugaan pembagian sembako secara masif di masa tenang ini serta pembagian amplop yang dilakukan oleh pihak-pihak atau pasangan calon lain," lanjutnya.
Riza pun menyinggung cara serupa yang terjadi saat Pilkada Jakarta 2017 silam. Paket sembako yang dibagikan masih sama, yakni menggunakan kresek warna merah.
“Kejadian sebagaimana Pilkada 2017, banyaknya sekali maraknya sembako-sembako dibagikan menjelang hari pencoblosan dengan kresek kantong warna merah, patut diduga akan terulang," katanya.
Sementara, uang tunai yang dibagikan jumlahnya berbeda-beda kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Namun, ia tak membeberkan pihak paslon mana yang melakukan pembagian uang dan sembako itu.
Timnya dan relawan disebutnya telah memiliki data yang sangat jelas terkait dengan tindakan-tindakan kecurangan yang dilakukan oleh paslon lawan. Salah satunya adanya laporan dugaan kecurangan di wilayah Kemanggisan
“Ini saya baru dapat laporan masuk di kelurahan Kemanggisan, Palmerah. Ada 18 RW,” ucapnya.
“Kami memiliki data yang sangat jelas dan sudah tersebar titik-titik perencanaannya. Untuk itu kami mengajak seluruh masyarakat agar sama-sama kita jaga proses pilkada ini menjadi lebih baik,” sambungnya.
Disebutkan juga bahwa ada rencana sistematis untuk menggunakan warung kopi (warkop) sebagai tempat distribusi uang dan sembako.
Lebih lanjut, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menolak segala bentuk transaksi yang dapat melanggar aturan pemilu dan menciderai demokrasi, seperti politik uang maupun pembagian sembako.