Suara.com - Sekretaris Gerindra Sumut Sugiat Santoso, meminta agar Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto tidak baper terkait Pilgub Sumut 2024. Wakil Tim Pemenangan Bobby-Surya ini menilai jika Pilgub Sumut bukan pertarungan sakit hati. Selain itu, Bobby dinilai menjadi solusi bagi warga di Sumut.
"Pertama, bahwa Hasto nggak boleh baper terkait Pilkada Sumut. Bahwa Pilkada Sumut itu bukan pertarungan sakit hati, tapi pertarungan siapa yang terbaik yang bisa memimpin Sumut. Jika PDIP tidak mendukung Bobby karena faktor sakit hati, itu persoalan PDIP. Tapi bagi masyarakat Sumut bahwa Bobby dianggap sebagai solusi untuk menyelesaikan pembangunan di Sumut," kata Sugiat Selasa (19/11/2024).
Pada Pilkada Medan 2020, Sugiat mengatakan bahwa tidak hanya PDIP yang mengusung Bobby. Justru Gerindra lah yang pertama mengusung.
"Lagi pula kan, pada saat Pilkada Kota Medan, bukan hanya PDIP yang mendukung dan memenangkan Bobby Nasution, malah Gerindra lah yang pertama mengusung Bobby," ujarnya.
Bahkan, pada Pilgub Sumut 2018, Gerindra juga yang pertama kali mengusung Edy Rahmayadi. Saat itu, kata Sugiat, harapannya Edy Rahmayadi bisa menuntaskan problematika pembangunan di Sumut.
"Tapi setelah lima tahun diberi kesempatan, ternyata kan tidak ada satu pun janji kampanye Edy Rahmayadi yang direalisasikan," ungkapnya.
Oleh karena itu, Gerindra lantas memberikan dukungannya ke Bobby Nasution karena dianggap punya harapan untuk menuntaskan persoalan-persoalan yang ada di Sumut.
"Ketimbang Edy Rahmayadi yang sudah lima tahun diberikan amanah tapi gagal total dalam memimpin Sumut," ucapnya.
Dirinya menyebutkan jika survei terpercaya yang dikeluarkan Indikator Politik, banyak kader PDIP yang akan memilih Bobby di Pilgub Sumut, ketimbang memilih Edy yang jelas diusung PDIP. Hal ini menunjukkan jika Bobby lebih nasionalis dibanding Edy.
"Ya memang kalau dari segi kedekatan ideologi, Bobby jauh lebih dekat ideologinya dengan PDIP. Bobby itu nasionalis, sementara Edy Rahmayadi itu kan dalam rekam jejak sejarahnya selalu membenarkan politik identitas pada setiap momentum politik yang dia ikuti," ungkapnya.
"Misalnya pada Pilgub Sumut 2018, dia memanfaatkan politik identitas untuk memenangkan pertarungan. Kemarin pun pada saat Pilpres 2024, Edy Rahmayadi tidak mendukung presiden dari PDIP, dia mendukung Anies, dan pendekatan politiknya juga politik identitas, dan itu sangat berseberangan dengan ideologi PDIP yang sangat nasionalis," sambung Sugiat.
Sugiat menduga bahwa Hasto dan PDIP itu punya kebencian mendalam kepada Bobby dan keluarga besar mantan Presiden Joko Widodo. Soal kader PDIP yang akan memilih Bobby, itu karena menurut Sugiat bahwa PDIP itu terpaksa mendukung Edy Rahmayadi.
"Makanya kita menduga, karena faktor kebencian yang mendalam, tidak ke Bobby, tapi ke keluarga Pak Jokowi, PDIP, makanya sangat terpaksa mereka mendukung Edy Rahmayadi. Pilihan PDIP ke Edy Rahmayadi kan pilihan yang sangat baik dan terpaksa bagi kader-kader PDIP yang sangat terkenal dengan ideologi nasionalisme, ideologi pluralisme yang tidak membeda-bedakan agama mana pun dalam konteks berbangsa dan bernegara," katanya.