Suara.com - Presiden RI ketujuh, Joko Widodo alias Jokowi mengungkap berbagai persoalan di Jakarta. Ia mengakui seiring berjalannya waktu dan pergantian pemimpin, masalah di Ibu Kota sudah mulai teratasi.
Hal ini disampaikan Jokowi saat bertemu dengan Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta nomor urut satu, Ridwan Kamil (RK). Dalam kesempatan itu, hadir pula para pimpinan partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) tingkat DKI Jakarta, relawan, dan influencer.
"Saya mungkin ingin langsung saja membahas urusan Jakarta. Masalah utama Jakarta, dari dulu sampai sekarang, sedikit demi sedikit mulai terselesaikan," ujar Jokowi di Kafe Kaizen Heritage, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2024).
"Masalah tersebut meliputi kemacetan, banjir, tata ruang, dan tambahan satu lagi, yaitu polusi," lanjutnya.
Baca Juga: Jokowi Bertemu Ridwan Kamil di Kemayoran Disambut Artis hingga Influencer, Siap Jadi Jurkam?
Jokowi menyebut saat ini Jakarta sudah memiliki berbagai fasilitas angkutan umum yang merupakan solusi utama mengatasi kemacetan. Mulai dari Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), kereta cepat, kereta bandara, bus Transjakarta, dan lainnya.
"Tinggal menyelesaikan, misalnya, MRT rute utara-selatan agar dirampungkan, rute barat-timur juga harus selesai. Dengan begitu, nantinya semua penduduk Jakarta dapat menggunakan transportasi massal yang kita miliki," jelasnya.
Sementara, untuk masalah banjir, ia menyebut pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan stakeholder terkait tinggal mengebut pengerjaan normalisasi sungai.
"Banjir juga menjadi perhatian. Sungai Ciliwung sudah dinormalisasi, tetapi masih kurang 16 kilometer. Jika dikerjakan secara cepat, perkiraan saya dalam dua tahun insyaallah selesai," katanya.
Kemudian, Jokowi juga menyinggung masalah tata ruang di Jakarta. Masih banyaknya wilayah kumuh dan kekurangan ruang terbuka hijau harus jadi perhatian.
Baca Juga: Meski Anies Dukung Pram-Rano, Aher Yakin Militansi Massa PKS Menangkan RK-Suswono
"Masalah tata ruang di Jakarta sangat rumit, terutama yang berkaitan dengan kawasan kumuh dan ruang terbuka hijau. Ini juga harus menjadi prioritas penyelesaian," jelasnya.
Terakhir, ia menyoroti soal masalah polusi udara di Jakarta yang belakangan ini kerap menjadi kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Ia meminta adanya penanganan cepat agar kondisi ini tak semakin memburuk.
"Yang paling sulit ke depan adalah urusan polusi. Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta sudah mencapai angka 190-an, padahal ambang batas yang diperbolehkan adalah 0-50. Artinya, ini sudah melampaui batas yang diperbolehkan dan harus segera ditangani," pungkasnya.