Dinamika Elektabilitas di Jateng 2024, Perbedaan Hasil Survei Hingga Pengaruh Undecided Voters

Chandra Iswinarno Suara.Com
Selasa, 05 November 2024 | 16:12 WIB
Dinamika Elektabilitas di Jateng 2024, Perbedaan Hasil Survei Hingga Pengaruh Undecided Voters
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor Urut 1 Andika Perkasa-Hendrar Prihadi dan pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nomor Urut 2 Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen melepas burung merpati yang menandai pelaksanaan deklarasi damai Pilkada 2024 di Semarang, Selasa (24/9/2024). ANTARA/I.C. Senjaya
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah lembaga sudah merilis hasil survei dalam Pilkada Jawa Tengah (Jateng) 2024. Meski begitu, hasil survei yang menunjukan kondisi nyata saat periode survei dilakukan memiliki kecenderungan yang berbeda secara angka serta prosentasenya.

Pada Pilgub Jateng, misalnya, Litbang Kompas merilis hasil survei yang menunjukan keunggulan pasangan calon gubernur nomor urut 1, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi. Pasangan ini unggul tipis dari rival satu-satunya, Ahmad Luthfi-Taj Yasin yang terpaut 0,7%.

Dalam survei yang dilakukan pada periode 15-20 Oktober 2024, Andika-Hendi meraih 28,8% dari total responden, adapun Ahmad Luthfi-Taj Yasin hanya mendapat 28,1%. Meski demikian yang menarik dalam survei Litbang Kompas, yakni tingginya undecided voters yang mencapai 43,1%.

Untuk diketahui, Litbang Kompas melakukan wawancara tatap muka bersama 1.000 responden terpilih pada 15-20 Oktober 2024. Adapun tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dengan margin of error kurang lebih 3,1%.

Baca Juga: Santai Meski Keok sama Pramono, RK soal Sigi Litbang Kompas: Survei Itu Bukan Penentu Takdir!

Peneliti Litbang Kompas, Vincentius Gitiyarko menyebutkan bahwa sisa tiga minggu menuju hari pencoblosan menjadi waktu krusial bagi kedua pasangan calon.

"Kedua kandidat dirasa sama-sama kuat dan sama-sama menarik, sehingga masyarakat cenderung menunggu proses politik berjalan ke depan. Mungkin saja undecided voters yang sebesar 43,1% ini sebenarnya sudah punya pilihan tapi belum bisa memastikan," katanya.

Kontras

Hasil berbeda terjadi pada survei yang dilakukan Lingkar Survei Indonesia Denny JA (LSI Denny JA). Meski survei dilakukan dalam periode nyaris bersamaan, antara 16-22 Oktober 2024, namun menurut hasilnya kontras dengan hasil Litbang Kompas.

Menurut hasil survei yang dilakukan LSI Denny JA, elektabilitas pasangan Luthfi-Yasin mencapai 46,8%, sedangkan Andika-Hendi hanya 28,2%. Sedangkan, 25% responden belum menentukan pilihan.

Baca Juga: Disanksi Karena Beda Hasil Survei Pilkada Jakarta, Poltracking Nyatakan Keluar dari Persepsi

Meski begitu, Direktur LSKP-LSI Denny JA Sunarto Ciptoharjono berkesimpulan bahwa dalam waktu sebulan tersisa menuju hari H coblosan, peta politik di Jateng akan terus dinamis.

Setiap langkah strategi dan manuver akan memiliki kekuatan untuk menambah suara. Sebagai gambaran, survei yang dilakukan LSI Denny JA di Pilkada Jateng menggunakan metode multi stage random sampling dengan melibatkan wawancara tatap muka kepada 800 responden. Adapun margin of error sekitar plus-minus 3,5%.

Sementara itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan Andika Perkasa–Hendrar Prihadi (Andika-Hendi) dan Ahmad Luthfi–Taj Yasin (Luthfi-Yasin).

Direktur Eksekutif SMRC, Deni Irvani bahwa selisih dalam pemilihan gubernur Jawa Tengah, antara Andika-Hendi Luthfi-Yasin berselisih tipis.

"Pasangan Andika Perkasa–Hendrar Prihadi (Andika-Hendi) mendapatkan suara 48,1 persen dan Ahmad Luthfi–Taj Yasin (Luthfi-Yasin) 47,5 persen jika pemilihan gubernur Jawa Tengah dilakukan sekarang," kata Deni dalam rilisnya beberapa waktu lalu.

Meski begitu, ia mengemukakan bahwa selisih suara yang tipis dan masih berada dalam rentang margin of error, secara statistik belum bisa disimpulan siapa yang lebih unggul.

Namun, ia mengungkap bahwa dalam sebulan terakhir, terjadi peningkatan suara untuk Andika-Hendi dari 36,6% pada September 2024 menjadi 48,1% pada Oktober 2024.

Kondisi tersebut terbalik dengan pasangan Luthfi-Yasin yang menurun dari 57,9% menjadi 47,5% pada periode yang sama.

"Dalam sebulan terakhir, Andika-Hendi mengalami kenaikan suara secara signifikan sebesar 11,5 persen dan Luthfi-Yasin turun 10,4 persen,” ungkap Deni.

SMRC sendiri melakukan survei dengan 1.210 responden warga Jawa Tengah yang memiliki hak pilih. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dan margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Melihat adanya perbedaan hasil survei dalam Pilkada Jawa Tengah, pengamat politik Arfianto Purbolaksono mengemukakan bahwa harus ada audit secara metodologi bila melihat dari hasilnya. Apalagi, survei yang dilakukan tiga lembaga tersebut, nyaris dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Ia mengemukakan kemungkinan ada perbedaan dari sisi margin of error ketiga lembaga tersebut. Ia kemudian mengemukakan bahwa dengan melihat hasil survei yang diperbandingkan dengan margin of error, masih belum mutlak unggul.

Apabila melihat SMRC, margin of error mencapai 2,9% sedangkan selisih antara Andika-Hendi dengan Luthfi-Yasin hanya selisih 1%. Pun juga dengan Litbang Kompas, yang selisih suaranya masih dalam rentang margin of error, yakni 0,7%.

"Kalau melihat dari margin of error ada kesamaan, sedangkan floating mass masih belum tentukan pilihan. Bila mengacu pada hasil survei Litbang Kompas, belum bisa dikatakan ada keunggulan di sana. Sebab, perbedaan 0,7 di bawah margin of error tidak bisa dikatakan ada keunggulan, lantaran margin of error 3,1%," kata Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research saat dihubungi Suara.com.

Meski begitu, ia mengemukakan bahwa hasil tersebut menggambarkan posisi pemilih saat periode survei dilakukan.

"Dalam konteks tersebut ada beberapa hal yang memengaruhinya, seperti preferensi pemilih di pilkada 2024, tapi dari situasi di survei itu dilakukan."

Arfianto sendiri mengemukakan setidaknya ada tiga faktor yang membuat terjadinya perbedaan hasil survei.

"Misalnya, jumlah responden. Apabila responden semakin besar, maka semakin mendekati kenyataan yang ada di lapangan," ujarnya.

Kemudian mengenai pengambilan sampel yang dilakukan secara acak di suatu wilayah. Hal tersebut menurutnya akan menentukan hasil suara dalam survei.

"Misalnya sampel diambil di suatu daerah yang banyak kelas menengahnya, maka preferensi populasinya akan lebih banyak ke calon yang dianggap mewakili sampel," ujarnya.

Kemudian yang terakhir, margin of error, apabila masih berada di dalam rentang tersebut maka masih bisa dalam batas wajar.

"Namun perbedaan hasil survei tersebut selayaknya bisa dipertanggungjawabkan kepada publik," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI