Suara.com - Debat kedua Pilkada Jakarta 2024 akan dilaksanakan Minggu (27/10/2024) malam ini, di Ancol, Jakarta. Tema debat kedua ini ialah ekonomi dan kesejahteraan yang terdiri ata 6 subtema. Salah satu subtema yang akan dibahas ialah pendidikan dan kesehatan.
Terkait topik kesehatan, Guru Besar Fakultas Kedokter Universitas Indonesia prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P., memberikan lima usulan dalam membangun kesehatan masyarakat Jakarta.
Aspek pertama, prof menyatakan perlunya penekanan Jakarta sebagai kota sehat, atau healthy cities. Serta ditetapkan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam perwujudan kota sehat.
"Dalam hal ini perlu disadari bahwa suatu kota, termasuk Jakarta, adalah meta-system dan kesehatan warga kotanya dipengaruhi oleh interaksi multipel dan umpan balik multidireksional. Tegasnya, memperbaiki dan menjaga kesehatan di kota memerlukan berbagai aksi oleh berbagai aktor di berbagai tingkatan," jelas prof Tjandra dalam keterangan tertulisnya, Minggu (27/10/2024).
Baca Juga: Paslon Rudy-Jaro Punya Konsep Khusus Soal Pendidikan, Bakal Buat Sekolah Bertaraf Internasional
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan advokasi pemangku kebijakan untuk melakukan pendekatan agar perencanaan pembangunan kota dilakukan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan kesejahteraan berkesinambungan. Kegiatan ini juga memerlukan partisipasi aktif masyarakat kota dan pendekatan seluruh kelompok sosial masyarakat.
Usulan kedua, dokter spesialis paru itu memberi saran tentang konsep pembangunan rumah sakit di Jakarta. Pertama, konsep rumah sakit 'tanpa dinding'. Artinya, RS tidak hanya melayani kesehatan pasien yang datang tetapi juga turut berperan dalam kesehatan wilayah di sekitarnya dengan berbagai cara yang mungkin. Kedua, membuat "wing sehat" di rumah sakit Jakarta, sehingga orang sehat dapat berkonsultasi di RS agar tetap sehat.
Selanjutnya, aspek ketiga, mengenai kesehatan lingkungan. Prof Tjandra menegaskan bahwa persoalan kesehatan di Jakarta tidak hanya terkait dengan polusi udara. Tetapi, kesehatan paling dasar pun masih ada masyarakat Jakarta yang belum memiliki akses.
"Ternyata masih ada warga kota ini yang masih belum memiliki jamban memadai, dan saya mengingatkan lagi untuk kita semua menganalisa dan mencegah kemungkinan gangguan kesehatan berupa sindroma gedung sakit (sick building syndrome) pada penghuni dan pekerja gedung-gedung tinggi di Jakarta," tuturnya.
Walau begitu, bukan berarti masalah polusi udara tidak diperhatikan. Pada usulannya yang keempat, prof Tjandra menjabarkan tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah Jakarta untuk mengatasi polusi udara. Pertama, pemerintah harus berupaya maksimal agar polusi udara dapat dikendalikan, agar warga dapat menghirup udara bersih dalam kehidupannya sehari-hari.
Baca Juga: Beda Hasil Survei LSI dan Poltracking, Jubir Pede Pasangan RIDO Menang Pilkada Satu Putaran
Kedua, memberi informasi tentang kadar polusi udara secara rinci dan berkala kepada masyarakat secara lebih luas dan mudah dipahami. Ketiga, bila ada warga negara yang mengalami gangguan kesehatan, atau kelompok berisiko yang rentan terkena gangguan akibat polusi udara, maka pemerintah berkewajiban agar semua warga negara punya akses pada pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya tanpa harus membebani ekonominya, inilah yang disebut konsep "Universal Health Coverage - UHC".
"Terakhir, tentang kesehatan di mega city atau kota metropolitan yang penduduknya lebih dari 10-an juta maka jelas perlu dua motto penting bagi Jakarta. Ke satu, kesehatan harus menjadi aset terpenting sebuah kotadan ke dua mega city yang ideal adalah kota metropoliutan yang menjadi episenter terwujuddnya kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan yang baik," pungkasnya.