Suara.com - Selama Oktober 2024, sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil survei untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta. Tercatat ada lembaga yang melakukan survei untuk Pilkada Jakarta, yakni Charta Politika, LSI, Poltracking Indonesia dan Ethical Politics.
Alhasil ada beberapa survei yang menunjukan adanya perbedaan hasilnya, terutama elektabilitas. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan pendekatan metodologi yang digunakan oleh masing-masing lembaga survei.
Direktur Eksekutif Ethical Politics, Hasyibulloh Mulyawan, menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan lembaganya menitikberatkan pada pengenalan responden terhadap calon yang dikenal, disukai, dipilih, dan diyakini akan menang.
"Dalam pendekatan penelitian kami, responden terlibat aktif sebagai prediktor di wilayahnya sehingga kami meminta responden mengurutkan nama calon pemimpin yang dikenal, disuka, dipilih, dan diyakini menang,” ujar Hasyibulloh.
Baca Juga: Survei Ethical Politics: Pramono-Rano Diprediksi Menang, Swing Voters Jadi Penentu Utama
Pendekatan ini memberikan gambaran tentang bagaimana konsistensi dukungan terhadap Pramono Anung-Rano Karno yang mencapai 45,56 persen elektabilitas, disusul oleh Ridwan Kamil-Suswono di posisi kedua.
Sementara di sisi lain, Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda, menekankan pada dinamika elektabilitas yang terus berubah di tengah perjalanan kampanye.
"Selisihnya cukup lumayan, tapi pilkada masih ada waktu sekitar satu bulan lebih. Kalau dari pengambilan data, maka dinamika politik masih mungkin terjadi,” jelas Hanta.
Survei Poltracking menunjukkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono unggul dengan 51,6 persen elektabilitas. Metodologi survei ini lebih berfokus pada tren elektabilitas yang dinamis, mencerminkan perubahan dukungan yang terjadi selama masa kampanye.
Swing Voters
Baca Juga: Survei Poltracking: Elektabilitas RIDO Terus Tumbuh, Diprediksi Bisa Menang Satu Putaran
Sementara itu, ada faktor lain yang memperkuat perbedaan hasil survei, yakni perbedaan penilaian terhadap swing voters.
Ethical Politics, misalnya, menyebutkan bahwa kelompok swing voters cenderung menguntungkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno jika mereka diminta memilih di antara ketiga pasangan calon.
"Swing voters sebesar 15,97 persen tersebut mewakili para pemilih Anies alias anak abah, Ahokers, dan masyarakat yang memilih untuk golput,” ungkap Hasyibulloh.
Hal ini menunjukkan apabila swing voters ini menentukan pilihan mereka, maka elektabilitas Pramono-Rano dapat terus meningkat, meski saat ini posisinya belum dominan di semua survei.
Sebaliknya, survei Poltracking dan Charta Politika menilai pergerakan elektabilitas stabil pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menyoroti tren elektabilitas yang menunjukkan kenaikan signifikan pada Pramono-Rano dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tetap mengingatkan bahwa posisi Ridwan Kamil-Suswono masih lebih kuat secara keseluruhan.
"Jadi, walaupun Pram-Doel masih di peringkat 2, namun tren elektabilitasnya perlu diwaspadai," kata Yunarto .
Sementara itu, hasil survei LSI, yang menunjukkan keunggulan Pramono-Rano juga menunjukkan bahwa alasan pemilih cenderung memilih calon dengan pengalaman pemerintahan yang lebih kuat serta karakter yang jujur dan bersih dari korupsi.
"Alasan utama responden memilih Gubernur DKI Jakarta adalah pengalaman di pemerintahan (23,1 persen), jujur bersih dari korupsi (15,4 persen), dan sudah ada bukti nyata hasil kerjanya (11,5 persen)," ungkap Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemilih yang mengutamakan rekam jejak dan pengalaman cenderung memilih pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
Perbedaan ini menjadi semakin kompleks ketika mempertimbangkan hasil survei Poltracking yang mencatat bahwa Ridwan Kamil-Suswono mengungguli pasangan Pramono-Rano dengan elektabilitas 51,6 persen.
Tentunya menunjukkan bahwa preferensi pemilih Jakarta masih terpecah dan cenderung bergerak dinamis seiring dengan intensitas kampanye dari masing-masing pasangan.
Pilkada Jakarta Dinamis
Perbedaan hasil survei elektabilitas yang dirilis oleh LSI, Poltracking, Ethical Politics, dan Charta Politika menggambarkan bahwa pertarungan menuju Pilkada Jakarta 2024 masih sangat dinamis.
Sebab, setiap lembaga survei memiliki pendekatan metodologi yang berbeda, baik dari segi pengambilan data hingga analisis terhadap swing voters. Hal ini menciptakan variasi dalam hasil yang ditampilkan kepada publik.
Meski demikian, hasil dari semua lembaga survei sepakat bahwa pasangan Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono menjadi dua kandidat yang mendominasi preferensi pemilih.
Dengan dinamika yang terus berkembang dan waktu yang masih tersisa sebelum hari pemilihan, hasil akhirnya masih akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan kampanye dan pilihan dari para swing voters.