Cerita Andra Soni 'Sulit Sekolah' Jadi Alasan Wujudkan Sekolah Gratis di Banten

Hairul Alwan Suara.Com
Jum'at, 04 Oktober 2024 | 09:31 WIB
Cerita Andra Soni 'Sulit Sekolah' Jadi Alasan Wujudkan Sekolah Gratis di Banten
Calon Gubernur Banten, Andra Soni meceritakan dirinya yang sulit sekolah saat masih kecil. Hal tersebut menjadi salah satu alasannya untuk mewujudkan sekolah gratis di Provinsi Banten.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon Gubernur Banten nomor urut 2, Andra Soni baru-baru ini menceritakan kisahnya yang dahulu sulit sekolah. Diketahui, Andra Soni merupakan politikus yang lahir dari keluarga petani di Payakumbuh, Sumatra Barat pada 12 Agustus 1976.

Diketahui, Andra Soni dan Achmad Dimyati Natakusumah (Andra Soni-Dimyati) menjadi salah satu kontestan pada Pemilihan Gubernur atau Pilgub Banten 2024.

Calon Gubernur yang didampingi Achmad Dimyati Natakusumah itu menjalani kehidupan berat di masa kecilnya, karena pendapatan orang tuanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan satu keluarga di hari itu saja.

Politisi Partai Gerindra itu bahkan menceritakan pernah mengalami momen orangtuanya kehabisan uang, mereka sekeluarga memutuskan pergi merantau ke Pekanbaru, Riau. Ayahnya saat itu menjadi kuli bangunan, Andra balita pun ikut dibawa merantau.

Baca Juga: Kontroversi Keluarga Natakusumah: Dugaan Korupsi, Pelecehan hingga Dinasti Politik Banten

"Penghasilan jadi kuli bangunan tak cukup, kami sekeluarga harus merantau jauh ke Malaysia, dengan menyebrangi Selat Malaka. Dengan segala keterbatasan, Andra kecil diberi kesempatan sekolah di Negeri Jiran," kata Andra Soni, Jumat (4/10/2024).

Pasangan calon Gubernur Banten dan Wakil Gubernur Banten, Andra Soni - Dimyati Natakusumah menyapa warga saat hendak mendaftar ke KPU Provinsi Banten, Jumat (29/8/2024). [Yandi Sofyan/Suara.com]
Pasangan calon Gubernur Banten dan Wakil Gubernur Banten, Andra Soni - Dimyati Natakusumah menyapa warga saat hendak mendaftar ke KPU Provinsi Banten, Jumat (29/8/2024). [Yandi Sofyan/Suara.com]

Usai lulus SD, Andra Soni awalnya tidak bisa melanjutkan ke SMP lantaran terbentur dokumen. Demi melanjutkan pendidikannya, ia akhirnya mengikuti kakaknya di Ciledug, Kota Tangerang.

Meski berada di tengah keterbatasan sang kakak, Andra Soni tetap melanjutkan sekolah dengan semangat yang dimiliknya.

"Sekolah saya tinggal bersama kakak saya, tapi saya enggak sekolah di Ciledug, saya sekolah di Jakarta, berarti dari Ciledug berangkatnya. Saya pernah enggak bisa pulang, kehabisan ongkos, ditawarin nginep. Namanya ditawarin nginep, mau, kamarnya ada, kasurnya, sarapannya," tutur Andra Soni.

Andra Soni pun akhirnya menginap di rumah teman yang orangtuanya merupakan petinggi negeri, hingga akhirnya ia diangkat sebagai anak. Orang tua angkatnya yakni Raden Muhidin Wiranata Kusuma, putra dari Raden Aria Adipati Wiranata Kusuma, Menteri Dalam Negeri Indonesia pertama.

Baca Juga: Silsilah Keluarga Rizki Natakusumah, Suami Beby Tsabina Disebut Keturunan Dinasti Politik Pandeglang

Melihat ketekunan dan semangat Andra Soni yang ingin mengenyam pendidikan, meski kerap kehabisan ongkos, keduanya pun membiayai sekolahnya hingga lulus SMA.

Saat itu, Andra Soni menganggap lulus dari sekolah menengah atas merupakan sesuatu yang hal yang sangat mewah. "Itu bapak angkat saya. Dia yang melanjutkan saya sekolah sampai saya lulus SMA," jelasnya.

Saat mengenyam bangku perkuliahan, Andra Soni kemudian mengambil Diplomat 3 (D3) sambil bekerja dan uang kuliahnya dibayar secara dicicil.

Namun, perusahaan tempatnya bekerja harus tutup karena krisis moneter 1997-1998. Karena itu, Andra Soni pindah kerja sebagai pengantar dokumen. Karena sibuk sebagai kurir, menyebabkan kuliahnya terganggu, bahkan ada mata kuliah yang tidak lulus.

"Saya bayar sambil nyicil. Di situ saya bekerja lagi, saya dapat uang lagi. Tapi saya pindah (kelas) malam. Mata kuliah itu keahlian saya, manajemen pemasaran," tuturnya.

Latar belakang pendidikan Andra Soni silam yang dijalani secara sulit membuat Cagub yang diusung Koalisi Banten Maju itu mencita-citakan sekolah gratis SMA, SMK dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri maupun swasta.

Terlebih menurutnya, rata-rata lama pendidikan pelajar di Banten hanya sembilan tahun atau hingga kelas 3 SMP saja.

Karenanya ia menganggap harus mendorong ketersediaan ruang hingga fasilitas sekolah yang memadai. Hingga vokasi sekolah para pelajar sudah siap masuk dunia kerja atau menjadi pengusaha muda yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

"Dengan sekolah gratis, setiap anak memiliki hak yang sama untuk belajar dan berkembang tanpa terkendala oleh kondisi ekonomi keluarga, mulai jenjang setara SMA, SMK, MA negeri dan swasta di Banten," paparnya.

Banten yang dianggap sebagai Bumi Seribu Kyai Sejuta Santri juga akan mengedepankan pendidikan moral, agama dan akhlak bagi anak muda. Para guru ngaji di madrasah ataupun kampung, memiliki peran besar dalam pembangunan karakter generasi penerus bangsa.

Dengan sekolah gratis tingkat SMA sederajat dan pendidikan agama oleh guru ngaji, diharapkan target pemerintah Indonesia Emas 2045 bisa tercapai dengan baik, tanpa melupakan kearifan daerah.

"Program ini memberikan kompensasi gaji bulanan untuk guru ngaji untuk meningkatkan pendidikan moral dan agama. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Banten secara menyeluruh, merata, dan berkeadilan, dengan memperhatikan kebutuhan lokal dan standar internasional," jelasnya.

Kontributor : Yandi Sofyan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI