Suara.com - Para calon kepala daerah (cakada) disarankan memanfaatkan media sosial secara optimal selama masa kampanye Pilkada 2024. Cara itu dinilai penting dilakukan sebagai strategi efektif untuk menggaet suara dari pemilih muda, terutama Gen Z.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan, karakter pemilih Gen Z cenderung menyukai gaya komunikasi yang santai, ketimbang serius. Sehingga, meksipun membahas tentang rencana program daerah, namun penyampaiannya perlu dilakukan secara kasual.
"Gen Z ini kan cenderung mereka ingin sesuatu yang serius dengan cara yang menarik, menghibur, dan nge-pop. Lebih mudah pembahasannya, tidak terlalu serius dan kaku karena mereka mudah jenuh, boring," kata Agung kepada suara.com, dihubungi beberapa waktu lalu.
Kondisi itu akan menjadi tantangan bagi tim kampanye cakada agar lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pesan-pesan kampanye.
Baca Juga: Sahkan Penggunaan Sirekap di Pilkada 2024, DPR: Tapi dengan Catatan
Media sosial yang digunakan juga tak cukup hanya mengandalkan satu. Agung menyarankan untuk optimalkan setiap media sosial yang ada, agar lebih bisa menyebar secara luas.
"Supaya gen Z dan milenial ini memilih mereka. Kalau mereka tidak memanfaatkan, misalkan TikTok, Instagram, Facebook, YouTube, dan seterusnya yang sesuai dengan media mereka, maka yang diuntungkan kandidat yang menggunakan media-media tersebut," ujarnya.
"Jadi besar kemungkinan siapapun yang lebih atraktif menggunakan beragam media ketika kampanye nanti, dialah yang lebih diunggulkan untuk memenangkan pilgada," kata Agung.
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari Generasi Z dan Milenial sebanyak 55 persen. Kelompok tersebut berada dalam rentang usia 17-40 tahun.
Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbanyak di Indonesia. Jumlahnya mencapai 35,7 juta orang di mana 40 persen di antaranya generasi milenial dan 22 persen Gen Z.