Suara.com - Sistem politik di Jawa Timur dinilai lebih solid dalam menciptakan gerakan keterwakilan perempuan menjadi pemimpin di daerah. Tak heran pada Pilkada 2024, bakal calon gubernur di Jatim tahun ini seluruhnya perempuan.
Akademisi Universitas Indonesia Titi Anggraini mengatakan, fenomena itu bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perwakilan perempuan dalam politik.
"Dia titik balik gerakan keterwakilan perempuan yang lebih inklusif dan lebih solid. Jadi Jawa Timur ini sebenarnya sangat strategis posisinya dalam isu mendorong keterwakilan perempuan yang lebih baik di Indonesia. Karena siapapun yang terpilih kepala daerahnya masih perempuan," kata Titi ditemui di Jakarta, Senin (9/9/2024).
Dia menyebut, Pilkada Jawa Timur 2024 yang diikuti oleh seluruh bakal calon gubernur perempuan menjadi sejarah baru dalam politik Indonesia, bahkan mungkin juga di dunia.
Baca Juga: Pamit jadi Mensos usai Maju Nyagub di Jatim, Risma Minta Maaf ke DPR: Kadang Saya Suka Ngeyel
"Tidak banyak pemilihan gubernur, bahkan di dunia, yang semua calon gubernur adalah perempuan. Jadi ini all female election," ujar pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) itu.
Menurut Titi, pilkada dan demokrasi lokal Indonesia memang lebih ramah terhadap perempuan. Dia mencontohkan, pada Pilkada Sulawesi Utara 2020, cagub perempuan juga lebih mendominasi daftar calin kepala daerah.
Ketika itu, ada dua cagub perempuan dari tiga cagub yang terdaftar. Yakni, Christiany Eugenia Paruntu dan Vonnie Anneke Pananggunan. Namun ketika itu, keduanya kalah dari cagub laki-laki Olly Dondokambe.
"Ini titik balik yang positif bagi gerakan politik perempuan. Karena dia mengilustrasikan, pertama, perempuan punya posisi tawar yang baik. Yang kedua perempuan punya kapasitas politik yang mumpuni," ujarnya.
Baca Juga: Rela Resign Demi Nyagub di Jatim, Luluk Ngaku Sudah Ajukan Surat Mundur ke DPR