Suara.com - Anies Baswedan pada akhirnya gagal diusung menjadi calon Gubernur (cagub) Jakarta oleh PDIP pada kontestasi Pilkada 2024. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri lebih pilih dua kader banteng, Pramono Anung - Rano Karno di Pilkada Jakarta.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai bahwa batalnya Anies dapat dukungan juga ada faktor 'dosa' Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap PDIP. Adi menyebut, PDIP alami trauma pasca dicampakan habis-habisan oleh Jokowi jelang berakhirnya masa jabatannya sebagai presiden.
Hal serupa yang nampaknya jadi kekhawatiran PDIP jika mengusung Anies sebagai cagub Jakarta dengan status bukan kader partai.
"Sepertinya PDIP trauma dengan apa yang terjadi pada Jokowi, kadernya yang sudah bersama selama 23 tahun, jadi wali kota, gubernur, presiden dua periode. Tapi juga meninggalkan PDIP. Apalagi Anies yang bukan kader," kata Adi kepada Suara.com dihubungi pada Kamis (29/8/2024).
Sebagai bukan kader, artinya Anies tak terikat dengan komitmen partai. Menurut Adi, hal tersebut rentan membuat Anies memiliki ideologi berbeda dengan PDIP saat menjalankan berbagai kebijakan.
"Bukan tidak mungkin setelah menang jadi gubernur, ya PDIP bisa ditinggalkan jika tak ada komitemen apa pun. Itu yang sepertinya membuat PDIP tak usung Anies, trauma dengan Jokowi," ujarnya.
Hal lainnya juga yang tak kalah penting, lanjut Adi, karena PDIP dan Anies sendiri memiliki hubungan masa lalu yang kelam terkait dengan Pilkada 2017. Tak hanya karena kadernya, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, kalah pada saat itu, tetapi fenomena politik identitas juga menjadi sangat kental saat Pilkada itu berlangsung.
"Nampaknya PDIP masih menganggap Anies iman politiknya beda, mazhab politik beda. Karena konfontrasi yamg terjadi di Pilkada 2017 sepertinya itu meninggalkan bekas luka yang sampai hari ini masih membekas. Wajar kalau PDIP tidak jadi berkoalisi dengan Anies," kata Adi.