Suara.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengusung pasangan Pranomo Anung-Rano Karno untuk menjadi bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur dalam Pilkada Jakarta 2024.
Merespons munculnya calon-calon yang ada, Ketua Umum Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) Mohammad Ihsan menilai bahwa Pilkada di Jakarta nanti berpotensi bakal membelah masyarakat menjadi dua golongan, antara yang pro dan kontra dengan pemerintahan.
Sebagai gambaran kontestasi politik di Jakarta, Pramono Anung-Rano Karno bakal melawan pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang diusung 12 partai dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus.
KIM sendiri merupakan koalisi yang mengusung pasangan Prabowo-Gibran, dalam Pilpres kemarin. Kemudian partai-partai yang pada Pilpres kemarin berseberangan kini ikut tergabung dalam koaliasi tersebut.
Baca Juga: Besok, Pramono-Rano dan RK-Suswono Daftar Pilkada ke KPU DKI
Bagi Ihsan saat ini, elektabilitas Pramono-Rano bakal tinggi apabila Warga Jakarta banyak yang kontra dengan kebijakan pemerintah pusat.
Dalam hal ini, Ihsan tidak turut menyertakan pasangan bakal cagub-cawagub jalur independen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana.
Tidak disertakannya pasangan Dharma-Kun lantaran posisi jalur independen tidak terlalu banyak dilirik oleh masyarakat saat ini.
"Kalau besok hanya dua, pasti ada pro ada kontra. Tentu pro dengan pemerintah, kontra dengan pemerintah, apalagi PDIP sekarang oposisi," kata Ihsan kepada Suara.com melalui sambungan telepon, Selasa (27/8/2024) malam.
"Apapun kemasannya yang digunakan nanti oleh Pramono, dia pakai jurus apapun pasti yang kontra (pemerintah) akan milih dia," katanya.
Baca Juga: BREAKING NEWS! Bukan Anies, PDIP Akan Daftarkan Duet Pramono-Rano Karno ke KPUD Jakarta Besok
Ihsan menilai bahwa pemilih di Jakarta berbeda dengan di wilayah lain. Ia mengemukakan bahwa di Jakarta, hampir sebagian besar pemilih bisa mendapatkan informasi yang cukup mudah, baik pekerja kantoran, mahasiswa, bahkan hingga buruh cuci.
Sehingga, menurut Ihsan, kedua paslon harus lebih ekstra mengenalkan diri, baik melalui kampanye digital maupun pertemuan secara langsung.
"Makanya kan Jakarta dibilang pemilih rasional," katanya.