Skenario Gibran Menang Telak di Solo Bakal Diulang di Pilkada Jakarta usai PKS Gabung KIM?

Kamis, 15 Agustus 2024 | 19:16 WIB
Skenario Gibran Menang Telak di Solo Bakal Diulang di Pilkada Jakarta usai PKS Gabung KIM?
Ilustrasi - Pilkada serentak 2024. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Desas-desus bergabungnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus di Pilkada Jakarta 2024 semakin santer. Terlebih, PKS telah menyiapkan kadernya, Suswono untuk diduetkan dengan Ridwan Kamil.

Terkait hal itu, Pakar Hukum Tata Negara, Feri Amsari melihat fenomena ini hampir sama dengan yang terjadi saat Pilwalkot Solo 2020 silam. Saat itu, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa unggul jauh atas Bagyo Wahyono - FX Supardjo yang maju melalui jalur independen.

Feri memprediksi, dalam Pilkada 2024 model-model kecurangan yang hampir serupa. Seperti membuat 'skenario'  pasangan calon (paslon) tunggal untuk melawan kotak kosong.

“Atau calon yang direkayasa sedemikian rupa untuk melegitimasi proses. Jadi ada calon bayangan atau calon yang direkayasa untuk memperlihatkan seolah-olah itu demokrasi,” kata Feri kepada Suara.com saat ditemui di Rumah Belajar ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (15/8/2024).

Baca Juga: Didukung PSI, Ahmad Luthfi Rela jadi Cawagub Dampingi Kaesang di Pilkada Jateng, Begini Alasannya!

Fenomena seperti ini mirip ketika Gibran menang mutlak dalam Pilkada Walikota Solo. Saat itu. Gibran melawan pasangan yang kurang pas dalam kompetisi tingkat kepala daerah.

Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari. (Suara.com/Faqih)
Pakar Hukum Tata Negara Feri Amsari. (Suara.com/Faqih)

“Seolah-olah pasangan lawan itu adalah rekayasa agar kemenangan seolah-olah legitimate, bagus dan lain-lain. Dan bukan tidak mungkin itu akan berulang dan terjadi lagi di Jakarta,” jelasnya.

Tren calon tunggal, lanjut Feri selalu bertambah dalam setiap Pilkada di suatu wilayah.

Berdasarkan catatan, pada 2015 lalu hanya ada tiga wilayah yang memiliki calon tunggal. Lalu di 2017 itu ada sembilan daerah yang mengusung calon tunggal.

“Kemudian di 2008 itu enam belas daerah. Pada tahun 2020 25 daerah,” bebernya.

Baca Juga: Resmi Gabung KIM usai Bertemu Prabowo, Surya Paloh Blak-blakan 'Lepeh' Anies: Kita Cari Momentum Lain

Feri mengatakan, tren tersebut bakal terus meningkat, namun ia tidak dapat memastikan wilayah mana yang bakal terjangkit tren tersebut.

“Bukan tidak mungkin juga tren terkait dengan rekayasa calon lawan juga akan meningkat di beberapa daerah. Saya tidak bisa memastikan di mana daerahnya, tetapi saya yakin pola tersebut akan meningkat,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI