Suara.com - Pilkada DKI Jakarta berpotensi akan ada kotak kosong bila seluruh partai pada akhirnya bergabung dengan koalisi pendukung Prabowo Subianto. Bila kondisi itu benar terjadi, maka akan menjadi yang pertama kalinya dalam Pilkada Jakarta satu kandidat melawan kotak kosong.
"Sangat mungkin itu terjadi ya. Apalagi kalau kita melihat bahwa kekuatan parlemen, kekuatan istana ini kan cukup besar sekarang," kata kata Peneliti Politik dan Kebijakan Publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad kepada Suara.com, dihubungi Minggu (4/8/2024).
Saidiman menyampaikan, bahwa partai-partai pendukung Prabowo Subianto saat ini mendominasi perolehan suara di Jakarta sekitar 45 sampai 48 persen. Menurutnya, jumlah tersebut bisa jadi modal yang cukup untuk mengusung satu pasangan cagub dan cawagub di Jakarta.
Terlebih, koalisi pendukung Prabowo juga punya tawaran strategis untuk menggaet partai yang belum bergabung, yakni bergabung di dalam pemerintahan.
Baca Juga: Tiga Nama Paling Dominan Di Survei Digital Pilkada DKI, Anies Tertinggi
"Sehingga kemungkinan adanya calon tunggal yang direstui istana, istana yang sekarang maupun istana Prabowo, ada potensi untuk itu," kata Saidiman.
Meski begitu, melawan kotak kosong juga tidak berarti akan mudah bagi siapa pun kandindatnya nanti. Terlebih bila Anies Baswedan gagal menjadi calon gubernur Jakarta, bisa jadi justru kotak kosong yang akan menang.
"Anies Baswedan punya pemilih yang sangat loyal, demikian pula kelompok nasionalis yang katakanlah representasinya adalah Ahok selama ini. Mereka juga sangat fanatik. Kalau kedua kelompok ini bergabung melawan istana, saya kira itu bisa bermasalah, walaupun mereka punya calon tunggal," terang dia.