Suara.com - Politisi Golkar, Jusuf Hamka alias Babah Alun sempat memborong 100 mobil listrik saat menemani Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sekaligus Ketum Golkar, Airlangga Hartarto berkunjung ke Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. Mobil listrik yang diborong semuanya berwarna biru karena bakal dipergunakan untuk operasional perusahaannya.
Namun, aksi memborong mobil listrik yang dilakukan bos jalan tol itu dianggap bermuatan politis.
Tanggapan itu disampaikan Analis Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin. Pasalnya, tindakan memborong mobil listrik itu terjadi setelah Babah Alun didukung Airlangga maju sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) dari Golkar.
"Ya tentu perilaku, tindak tanduk, ucapan dari seorang politisi Babah Alun (Jusuf Hamka) pasti ada pesan. Pasti ada yang ingin disampaikan. Pasti punya tujuan, punya target," ujar Ujang kepada Suara.com, Jumat (26/7/2024).
Menurutnya, Babah Alun ingin menunjukkan dirinya memiliki kepedulian tinggi pada masalah polusi udara di Jakarta. Kendaraan listrik merupakan salah satu solusi mengurangi polusi
"Dalam konteks membeli 100 mobil listrik itu pesannya ya bahwa dia peduli dengan lingkungan, dia peduli dengan udara Jakarta yang kotor, itu kan perlu dibersihkan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah mobil listrik itu," jelasnya.
Ujang pun menilai apa yang dilakukan Babah Alun demi menarik simpati warga Jakarta memang diperbolehkan dan tak melanggar aturan apapun.
"Karena dia diusung Golkar mendapatkan tugas menjadi seorang Gubernur di DKI, ya maka apa yang dilakukannya punya misi politik, dan dalam konteks itu ya sah-sah saja, boleh saja. Itu juga dilakukan banyak politisi," jelasnya.
Namun, ia mengingatkan kandidat yang layak untuk maju Pilkada juga harus memiliki visi dan misi yang jelas demi kemajuan Jakarta.
"Ya kalau bicara soal apakah babah alun cocok pimpin Jakarta? Ya saya pikir cocok-cocok saja, yang penting punya visi misi, program, yang penting diterima dan dipilih oleh warga Jakarta," pungkasnya.