Suara.com - Tokoh perempuan diperkirakan tidak akan jadi pilihan parpol di Pilkada Jakarta 2024 karena rendahnya elektabilitas. Pengamat politik Ujang Komarudin menyebut, bila seorang tokoh hanya memiliki elektabilitas sekitar 1 persen, maka sangat kecil kemungkinannya untuk dilirik elite politik.
Hal tersebut sekaligus menanggapi hasil survei Litbang Kompas yang mencatat 9 tokoh bakal calon gubernur (cagub) Jakarta. Di mana hanya ada dua tokoh perempuan pada daftar tersebut, yakni Sri Mulyani (1,3%) dan Tri Rismaharini (1%).
"Bagus kalau ada tokoh perempuan, tapi kalau elektabilitasnya hanya sekitar satu persen itu susah dilirik. Karena keterpilihan itu harus tinggi. Dalam konteks Pilkada, figur penting, elektabilitas sangat penting," jelas Ujang kepada Suara.com, dihubungi Rabu (17/7/2024).
Elektabilitas tokoh yang rendah, lanjut Ujang, tidak akan menguntungkan bagi parpol yang mengungusung. Karena kemungkinan tokoh tersebut bisa menang juga sulit.
Baca Juga: Kans Makin Gede Maju Pilkada Jakarta, PDIP Puji Elektabilitas Ahok: Bisa Kalahkan Anies
Menurut Ujang, bahwa pada dasarnya parpol akan selalu bersikap pragmatis untuk mencari keuntungan bagi partai sendiri.
"Apapun itu tergantung dari keputusan partai, tapi itu tadi partai melihat elektabilitasnya, kalau tinggi akan didorong, kalau rendah ya tidak. Parpol itu pragmatis saja, kalau ingin menang ya cari figur, baik laki-laki maupun perempuan yang memang memiliki elektabilitas tinggi," terang dia.
Dia menjelaskan, elektabilitas menjadi faktor utama paling penting dalam menentukan calon pemimpin daerah. Sekali pun tokoh tersebut populer, akan tetapi tidak menjamin bisa menang dalam pemungutan suara.
"Jadi yang terkenal ini belum tentu dipilih, tapi yang elektabilitasnya tinggi udah pasti dipilih. Jadi parpol harus mengusung tokoh yang elektabilitasnya tinggi," katanya.