Suara.com - Nama-nama bakal calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) Jakarta masih diramaikan oleh para tokoh laki-laki. Hal tersebut bisa jadi memperpanjang sejarah bahwa Provinsi Jakarta belum pernah dipimpin oleh perempuan.
Meski beberapa nama politisi perempuan sempat disebut-sebut dalam daftar bursa bakal cagub-cawagub Jakarta, tetapi kekinian justru kian tenggelam.
Pengamat politik Ujang Komarudin menyebut Menteri Sosial Tri Rismaharini jadi salah satu tokoh perempuan yang masih kalah populer dibandingkan politisi pria dalam bursa Pilkada Jakarta.
"Memang sejarah itu yang mencatat. Mungkin perempuan yang belum siap maju di pilkada DKJ (Daerah Khusus Jakarta). Sekarang kan nama-nama perempuan di DKJ hampir hilang, Risma juga menghilang namanya," kata Ujang kepada Suara.com, dihubungi Kamis (11/7/2024).
Baca Juga: Pengamat Soroti Minimnya Tokoh Perempuan Maju Pilkada, Singgung Soal Relasi Keluarga
Partai politik jadi pihak yang paling menentukan hal tersebut. Dikatakan Ujang, tawaran mengenai calon cagub dan cawagub di Pilkada DKI itu juga masih didominasi oleh laki-laki.
Alhasil, bakal calon yang mencuat ke publik pun tak banyak tokoh perempuan yang terlihat.
"Oleh sebab itu partai politik punya tugas untuk mengkader tokoh-tokoh perempuan agar bisa jadi gubernur di DKJ," ujarnya.
Menurut Ujang, partai politik memiliki waktu untuk lakukan pengkaderan bagi tokoh perempuan agar bisa ikut bersaing di Pilkada. Untuk mencapai hal tersebut memang perlu direncanakan dengan proses pengkaderan.
Di sisi lain, para perempuan juga harus mampu membuktikan dirinya layak untuk ikut eksis dalam pilkada Jakarta.
Baca Juga: Komnas Perempuan Tak Setuju Kasus Pelecehan Diviralkan Agar Cepat Ditangani, Ini Alasannya
"Bisa membangun pengkaderan dalam lima tahun ke depan agar nanti 5 tahun ke depan ada kandidat di DKJ dari perempuan. Itu harus didesain, di-planning," imbuh dia.