Suara.com - Nama Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep belakangan dimunculkan sebagai salah satu kandidat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah (Jateng). Apalagi, putra bungsu Presiden Joko Widodo alias Jokowi itu disebut memiliki elektabilitas yang bisa bersaing dengan kandidat lainnya.
Selain di Jateng, Kaesang sendiri sudah lama diisukan bakal diusung dalam Pilkada DKI Jakarta. Sudah ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mendukung Kaesang mendampingi Anies di Pilkada DKI.
Ditanya soal arah politik adiknya, Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029, Gibran Rakabuming Raka enggan bicara banyak. Ia meminta hal ini ditanyakan langsung ke Kaesang.
"Tanya Kaesang," singkat Gibran di Pasar Nangka, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (3/7/2024).
Baca Juga: Ketimbang Jakarta, Faktor Ini Bikin Kaesang Bisa Menang jika Maju di Pilkada Jateng, Benarkah?
Ditanya lebih lanjut, soal apakah Gibran sebagai kakak akan memberikan izin Kaesang maju dalam Pilkada, lagi-lagi Wali Kota Solo itu tak mau menjawab.
"Tanya Kaesang sendiri ya," pungkasnya.
Elektabilitas Kaesang Moncer di Jateng
Sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil jajak pendapat mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah (Jateng). Hasilnya, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dianggap jadi yang paling diunggulkan untuk saat ini.
Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan menjelaskan, hal ini diketahui berdasarkan simulasi semi terbuka yang menyodorkan 21 nama kepada responden. Kaesang memperoleh suara 15,9 persen. Namun, responden yang tidak tahu atau tidak jawab jadi yang terbanyak dengan 19,5 persen.
Baca Juga: Blak-blakan Makin Rutin Blusukan Sebelum Resmi Wapres, Indonesia Timur jadi Target Gibran, Mengapa?
Kemudian, disusul Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Lutfi dengan 12,9 persen, Politisi Gerindra Abdul Wachid 7,8 persen, Selebritis Raffi Ahmad 6,8 persen, Ketua Bappilu PDIP Bambang Pacul 5,8 persen, Ketua DPD Gerindra Jateng Sudaryono 4,7 persen, hingga Mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi 4,7 persen.
Sisanya, ada nama-nama seperti Mantan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, Bupati Kendal Dico Ganinduto, dan Mantan Bupati Banyumas Achmad Husein dipilih kurang dari 3,5 persen responden.
"Pada simulasi semi terbuka 21 nama, Kaesang Pangarep paling banyak dipilih," ujar Djayadi dalam konferensi pers virtual, Minggu (30/6/2024).
Kemudian, pada simulasi enam nama, Kaesang kembali memimpin dengan 25,6 persen suara. Sementara Ahmad Lutfi di bawahnya dengan 16,1 persen suara dan diikuti Yasin Maimoen yang meraih 13,4 persen suara.
Sementara, begitu nama Kaesang dihilangkan pada simulasi empat nama, Ahmad Lutfi jadi yang teratas dengan 24,2 persen suara. Lalu, Taj Yasin Maimoen 20,4 persen, dan Bambang Pacul 18,2 persen.
Dalam tiga simulasi yang mengadu tiga nama tanpa Kaesang, Ahmad Lutfi selalu bertengger di posisi teratas. Namun, begitu diadu antara Kaesang, Lutfi, dan Bambang Pacul, putra Presiden Joko Widodo alias Jokowi itu mengalahkan Lutfi dengan 31 persen suara.
Sementara, Lutfi meraih 28,4 persen suara dan Bambang Pacul dipilih 15,1 persen responden. 25,5 persen responden pun menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.
Kendati demikian, Djayadi mengakui hasil survei ini masih jauh dari prediksi Pilkada Jateng. Apalagi, tingkat kesadaran atau awareness responden pada Pilkada Jateng masih 50,7 persen.
Tak hanya itu, pada simulasi terbuka, 78,7 persen responden belum tahu mau memilih siapa jika Pilkada Jateng digelar hari ini.
"Peta kompetisi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah berdasarkan temuan survei ini tampak masih cair. Semua kandidat masih berpeluang untuk saling mengungguli," tuturnya.
Djayadi juga menyebut, berdasarkan jajak pendapat yang sama, kebanyakan atau 16,1 persen responden memilih kandidat karena belum mengetahui nama lain.
"Tentunya ini bukan alasan yang kuat bagi pemilih dan sangat mungkin pilihannya berubah," jelasnya.
Alasan kedua terbanyak dipilih 9,5 persen responden adalah karena kandidat yang dipilih berasal dari keluarga tokoh politik atau masyarakat. Kemudian orangnya perhatian pada rakyat, berpengalaman di pemerintahan, tokoh agama, sudah terbukti, dan lainnya merupakan alasan yang dipilih kurang dari 7,5 persen responden.
Sementara, kata Djayadi, yang tidak tahu atau tidak jawab jumlahnya 11,3 persen dari responden.
Target populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di Provinsi Jawa Tengah yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon/cellphone. Sampel sebanyak 1200 responden dipilih melalui metode double sampling.
Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelepon sebanyak 16,498 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1200 responden. Margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.
Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.