Suara.com - Rencana pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto dinilai lebih mudah direalisasikan, ketimbang dengan Presiden Jokowi.
Pengamat politik Ujang Komarudin mengatakan hal tersebut lantaran hubungan Megawati dan Prabowo tidak ada masalah, tetapi berbeda hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan dengan kepala negara.
"Kalau Prabowo dengan Mega nggak ada masalah, itu pasti ketemu. Yang kelihatan ada masalah itu Jokowi dengan Mega. Itu yang kelihatannya agak panjang, agak lama untuk pertemuan itu," kata Ujang kepada wartawan, Senin (15/4/2024).
Berkaca pada hubungan antara Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono, Ujang memperkirakan pertemuan antara Megawati dan Jokowi akan lama untuk terwujud.
Baca Juga: Analis: Bukan Karena Sosok Hasto, Pertemuan dengan Jokowi Justru Tergantung Kehendak Megawati
Ia mengemukakan, Megawti dan SBY masih belum terlihat akrab, bahkan setelah lima kali pemilu berlangsung.
"Apakah hubungan Mega dengan Jokowi seperti itu ke depan? Saya tidak tahu. Apakah ke depan ada pertemuan? Ya bisa jadi ada bisa jadi juga tidak. Bisa dapam waktu dekat pertemuan, bisa juga tidak," kata Ujang.
"Yang jelas penyebabnya, saya melihat bahwa memang PDIP kecewa terhadap Jokowi yang dianggap tidak mendukung PDIP. Itu aja, politik seperti itu," sambungnya.
Hasto Dianggap Penghalang
Sebelumya, Ketua Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer atau Noel melihat gelagat Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjadi penghalang pertemuan Megawati Soekarnoputri dengan sejumlah tokoh, baik Jokowi maupun Prabowo Subianto.
Baca Juga: Pernyataan Hasto soal Pertemuan Megawati-Jokowi Direspons JoMan: Penuh Sinisme
Menurutnya, Hasto memang terkesan tidak menginginkan pertemuan-pertemuan tersebut menjadi kenyataan.
"Sepertinya iya, Hasto sosok yang tidak ingin adanya pertemuan itu terjadi," kata Noel kepada wartawan, Minggu (14/4/2024).
Sebelumnya, ia mengkritik pernyataan Hasto terkait Megawati yang memrioritaskan bertemu kader di anak ranting ketimbang Presiden Jokowi. Pria yang akrab disapa Noel itu menilai Hasto jauh dari kesan dan sikap seorang kader partai politik.
"Hasto perlu mendapatkan pengkaderan sebagai seorang kader partai politik. Dia perlu memahami bagaimana sikap seorang kader partai politik yang baik, bersikap positif dan mengutamakan persatuan bangsa. Jangan sebaliknya, tidak mampu menjaga silaturahmi di antara pemimpin bangsa," kata Noel kepada wartawan, Sabtu (13/4/2023).
Menurut Noel, pertemuan Jokowi dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati penting dan strategis untuk kebangsaan dan kenegaraan.
Ia mengemukakan bahwa kepentingan bangsa dan negara harus diutamakan, bukan untuk kepentingan politik pribadi dan kelompok saja.
Menurutnya, kader parpol harus menghayati instrumentasi gerak substansi dari hakikat perjuangan bangsa. Bukannya sinisme politik.
Lebih lanjut, kata dia, pernyataan seorang politisi dan kader partai politik harus futuristik untuk kemajuan bangsa dan negara. Jangan asal bicara tanpa dipikirkan atau sekedar ngomong tanpa tahu substansinya.
"Sudah saatnya, kader partai politik mengedepankan politik positif dan bukan berpikir dan bergerak destruktif untuk kepentingan pribadi dan komunitasnya," tuturnya.