Suara.com - Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto tak bisa menutupi kekesalannya setelah mendengar Presiden Joko Widodo atau Jokowi menunjuk Marsekal Madya (Marsdya) TNI Mohamad Tonny Harjono sebagai Kepala Staf TNI AU (KSAU). Tonny merupakan mantan ajudan Jokowi.
Hasto mengaku tidak mengurus urusan keluarga Jokowi.
Baca Juga:
Di Balik Tawaran Perjamuan JK ke Mega, Pilpres Ulang atau Desak Dua Putaran
Baca Juga: Gaduh Tas Iriana Jokowi Jadi Bahan Gibah Warganet: Lumayan Harganya Buat DP Rumah
Namun, penunjukkan Tonny sebagai KSAU seperti yang dilakukan Jokowi dianggap Hasto memperpanjang budaya nepotisme.
Sebelum Tonny, ada sejumlah tokoh yang memiliki kedekatan dengan Jokowi lalu diangkat untuk memegang jabatan penting.
Sebut saja Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang diangkat Jokowi sebagai Kapolri.
Diketahui, keduanya memiliki kedekatan di Solo ketika Jokowi menjabat sebagai Wali Kota sementara Listyo bertugas sebagai Kapolres Solo.
Listyo juga pernah diberi kepercayaan sebagai ajudan Jokowi pada 2014.
Baca Juga: Hasto Diketawain Jokowi Soal Tudingan Mau Rebut Kursi Ketum PDIP: Bukan Golkar?
Baca Juga:
Jokowi Tunjuk Mantan Ajudannya, Marsdya Tonny Harjono Sebagai KSAU
Kemudian, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto juga memiliki kedekatan dengan Jokowi.
Sebelum ditunjuk menjadi orang nomor satu di TNI, Agus menjabat sebagai Komandan Kodim 0735/Surakarta pada 2009.
Saat Jokowi sudah menjadi presiden, Agus menjabat sebagai Danrem 061/Suryakencana untuk menjaga wilayah termasuk Istana Negara Bogor.
Kekesalan Hasto kian memuncak setelah Jokowi kini menunjuk Tonny, mantan ajudannya untuk menjadi KSAU.
"Kami sebenarnya tidak mengurus keluarga, yang kami perhatikan adalah bagaimana konstitusi, kemudian diselewengkan, demokrasi dipinggirkan, nepotisme dikedepankan," kata Hasto ditemui di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).
Hasto kecewa melihat Jokowi malah bagi-bagi jabatan untuk orang-orang terdekatnya.
Padahal yang ia mau, jabatan-jabatan itu diisi orang tokoh yang sudah teruji dari segala aspek.
Bukan hanya orang-orang terdekat, Jokowi juga turut memboyong anggota keluarganya untuk berkecimpung di dunia politik.
Tak tanggung-tanggung, putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi cawapres meski usianya belum memenuhi syarat.
Bukan sebuah hambatan yang berarti, Gibran bisa lolos menjadi cawapres karena adanya pengubahan syarat melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Palu putusannya diketok oleh Anwar Usman, adik ipar Jokowi.
"Hukum di MK bisa diintervensi oleh kekuasaan, bisa dilakukan manipulasi, maka sekarang ya menjadi suatu pertontonan di depan kita tentang nepotisme yang tumbuh subur. Padahal kita berdemokrasi salah satunya untuk melawan nepotisme, korupsi dan kolusi," jelasnya.