Suara.com - Risa Permana Deli, ahli psikologi-sosial yang dihadirkan kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD menyinggung soal joget presiden terpilih, Prabowo Subianto dalam sidang sengketa Pilpres 2024.
Menurut Risa, joget Prabowo tersebut bisa dianggap sebagai gambaran Indonesia tidak perlu pemimpin cerdas.
Baca Juga:
Di Sidang Sengketa Pilpres 2024, Yusril: Andai Kata Saya Gibran, Saya Tidak akan Maju
Baca Juga: Gibran Tantang Balik Soal Keterlibatan Jokowi dan Bansos di Sidang MK: Buktikan Saja
Hal tersebut disampaikan Risa ketika menerangkan adanya perubahan Prabowo dari pilpres sebelumnya dengan Pilpres 2024.
Kalau di pilpres sebelumnya, Risa melihat Prabowo sebagai sosok yang agresif.
Namun, sikap Prabowo justru berubah 180 derajat ketika satu gerbong dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Tiba-tiba sejarah berevolusi, dan kemudian yang kalem ini diikuti juga dengan proses pemilu yang kita lihat Pak Prabowo berjoget-berjoget, bahkan ketika beliau diserang dalam debat presiden pun, beliau tidak merespons secara agresif," kata Risa dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung MK, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).
Risa menganggap Prabowo tengah berada di atas angin di Pilpres 2024 karena mendapatkan endorse dari sosok Jokowi.
Baca Juga: Yusril Ihza Mahendra Tak Menampik Putusan MK yang Buat Gibran Jadi Cawapres Problematik
Padahal di Pilpres 2019, Jokowi menjadi rivalnya.
Alhasil, Prabowo terlihat lebih tenang bahkan tidak memperlihatkan keseriusannya sebagai calon presiden.
Baca Juga:
Itu dicontohkan Risa ketika Prabowo meledek capres nomor urut 1, Anies Baswedan dalam debat capres 'Mas Anies, Mas Anies'.
"Justru karena beliau menang dalam keadaan seperti ini dan cukup dengan berjoget dan mengatakan 'Mas Anies Mas Anies', kita melihat bahwa sebenarnya rakyat yang cerdas itu, kecerdasannya bukan diisi pengetahuan politik tapi pengetahuan cultural bahwa pemimpin nggak perlu pemimpin yang pintar. Pokoknya yang cool kira-kira," terangnya.