Singgung Presiden Bagi Bansos Demi Paslon Tertentu, Romo Magnis: Mirip Karyawan Curi Uang Kas Toko

Selasa, 02 April 2024 | 11:34 WIB
Singgung Presiden Bagi Bansos Demi Paslon Tertentu, Romo Magnis: Mirip Karyawan Curi Uang Kas Toko
Ahli dari kubu Ganjar-Mahfud MD, Franz Magnis-Suseno atau Romo Magnis dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024). (tangkap layar YouTube Mahkamah Konstitusi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahli dari capres-cawapres nomor 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Franz Magnis-Suseno atau Romo Magnis menyinggung pembagian bansos yang dilakukan Presiden untuk memenangkan salah satu pasangan calon peserta Pilpres 2024.

Ia mengibaratkan aksi Presiden itu bak karyawan yang diam-diam mengambil uang tunai dari kas toko.

Baca Juga:

Saksi Anies-Cak Imin Kena Sindiran Ketua MK di Sidang Sengketa Pilpres 2024: Sudah Terlambat, Minta Cepat Pula

Baca Juga: Jokowi Tunjuk Mantan Ajudannya, Marsdya Tonny Harjono Sebagai KSAU

Akan tetapi, Romo Magnis tidak menyebutkan nama Presiden yang dimaksud.

Hal tersebut disampaikan Romo Magnis saat menghadiri sidang sengketa Pilpres 2024 di Gedung MK, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).

"Kalau presiden berdasarkan kekuasaannya begitu saja mengambil bansos untuk dibagi-bagi dalam rangka kampanye paslon yang mau dimenangkannya, maka itu mirip dengan seorang karyawan yang diam-diam mengambil uang tunai dari kas toko. Jadi itu pencurian ya pelanggaran etika," kata Romo Magnis.

Baca Juga:

Beda Isi Gugatan Anies vs Ganjar di Sidang Sengketa Pilpres 2024, Prabowo Bisa Gagal Jadi Presiden?

Baca Juga: Sambut Prabowo di Beijing, Xi Jinping Bahas Kereta Cepat

Romo Magnis menilai, apa yang terjadi itu membuktikan hilangnya sebuah etika Presiden.

Padahal menurutnya, Presiden itu seharusnya melayani seluruh masyarakat bukan hanya memikirkan diri sendiri.

Bukan hanya itu, Romo Magnis juga menyinggung Presiden yang berpihak di Pilpres 2024.

"Dia secara berat melanggar tuntutan etika bahwa dia tanpa membedakan-bedakan adalah presiden semua warga negara termasuk semua politisi," terangnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI