Suara.com - Ketua DPP Partai Golkar Bobby Rizaldi menyayangkan pernyataan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang membandingkan Gibran Rakabuming Raka dengan profesi.
Sindiran Hasto tersebut diketahui untuk menyinggung kedewasaan Gibran untuk menjadi wakil presiden.
Baca Juga:
Harvey Moeis Dibui Gegara Korup Rp270 T, Sandra Dewi Pernah Dapat Pesan Ini dari Ahok
Baca Juga: Disamakan Hasto Kristiyanto dengan Sopir Truk, Gibran Beri Ulti Menohok: Ngikut Ajalah
Anak Rugikan Negara Rp271 Triliun, Ibu Harvey Moeis Buru-buru Lakukan Ini di Sosmed
Berjibaku 10 Jam Padamkan Api di Gudang Amunisi Kodam Jaya, Pemadam Kebakaran Sempat Alami Ketakutan
Hasto menilai, sosok pemimpin negara itu harus punya kedewasaan.
"Ya, sangat disayangkan. Pemilu sudah selesai, saat pencalonan pun semua perwakilan partai dan kandidat cawapres hadir, syarat pencalonan sudah terpenuhi," kata Bobby kepada wartawan, Minggu (31/3/2024).
Menurutnya, perbandingan yang dinyatakan Hasto sudah keterlaluan dan merendahkan martabat. Ia mengingatkan Hasto untuk tidak menghujat Gibran selaku wakil presiden yang dipilih rakyat untuk pemerintahan mendatang.
Baca Juga: Pendidikan Mentereng Atalia Praratya, Istri Ridwan Kamil Diminta Maju Pilwalkot Bandung
"Analogi-analogi yang juga memasukan diskriminasi usia (ageisme), sudah keterlaluan, merendahkan martabat, 'ngono yo ojo ngono'. Sebaiknya jangan lah menghujat-hujat wapres terpilih di ruang publik. Proses hukum di MK juga sedang berjalan, tunggu saja hasilnya," tutur Bobby.
Menurutnya soal usia pemimpin muda tidak perlu diperdebatkan. Anggota Komisi I DPR ini lantas menyebutkan sejumlah pemimpin negara yang masih berusia muda.
"Sebastian Kurz (31) jadi PM Austria, Sanna Marin (33) PM Finland, Gabriel Boric (36) Presiden Chile. Masak masih mau diperdebatkan lagi soal kepantasan usia menjadi pemimpin negara?" kata Bobby.
Sebelumnya, Hasto lalu membandingkan Gibran dengan profesi supir truk. Yang mana untuk menjadi supir saja perlu usia dan kedewasaan yang cukup.
"Karena kedewasaan di dalam mengemban jabatan-jabatan tertentu, untuk supir truk aja itu berbahaya, apalagi kaitannya dengan mengelola suatu negara sebesar Indonesia dengan problematika yang sangat kompleks," kata Hasto dalam sebuah diskusi virtual, Sabtu (30/3/2024).
Pada kasus kecelakaan beruntun di Gerbang Tol Halim Perdanakusuma, supir truk masih berumur 18 tahun dan tidak mempunyai SIM mengendarai kendaraannya secara ugal-ugalan.
"Kedewasaan di dalam menghadapi problematika di jalan raya belum terjadi, hanya gara-gara menyenggol satu mobil dia lari karena kedewasaannya belum tercapai. Lalu menabrak dan mengenai mobil lainnya," pungkas dia.