Suara.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, mengungkapkan bahwa partainya telah khilaf mencalonkan Gibran Rakabuming Raka maju di Pilkada Solo.
'Pengakuan dosa' itu disampaikan lantaran, Hasto menyoroti persoalan nepotisme yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Pernyataan itu disampaikan Hasto dalam diskusi daring bertajuk 'Sing Waras Menggugat di MK, Hak Angket? Keputusan MKMK?", Sabtu (30/3/2024).
Baca juga: Datang di Acara Golkar, Tapi Absen Agenda Bukber PAN dan Demokrat, Gibran Pilih Kasih?
Baca Juga: Datang di Acara Golkar, Tapi Absen Agenda Bukber PAN dan Demokrat, Gibran Pilih Kasih?
"Ya, kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran," kata Hasto.
Ia mengatakan, pihaknya memang mengakui berbagai kemajuan yang dilakukan Presiden Jokowi. Namun menurutnya itu semua dipicu oleh beban utang yang sangat besar.
"Ketika ini digabung, maka ke depan kita bisa mengalami suatu persoalan yang sangat serius," tuturnya.
Ia mengatakan, tak hanya utang, masalah lainnya muncul karena nepotisme menguat.
"Kita lihat, nepotisme itu kita lihat ternyata justru semakin telanjang di depan mata kita. Misalnya, Sekretaris Pak Jokowi, Devid dicalonkan sebagai Calon Bupati di Boyolali, itu kan akan merebut basis dari PDI Perjuangan yang selama ini membesarkan," ujarnya.
Baca Juga: Absen di Bukber PAN dan Demokrat, Baru Hadir di Acara Golkar, Begini Jawaban Gibran
Politisi asal Yogyakarta itu lantas mengungkap alasan Jokowi melakukan abuse of power dari hulu ke hilir karena sadar akan kekuatan PDIP.
"Kenapa pak Jokowi pada akhirnya memutuskan langkah untuk melakukan kecurangan masif melalui abuse of power dari presiden dari hulu ke hilir karena kita melihat beliau kan tahu persis kondisi PDI Perjuangan."
Baca juga: Tim Hukum Ganjar-Mahfud Optimis, MK Bakal Diskualifikasi Prabowo-Gibran dan Putuskan Pilpres Ulang
Hasto juga menambahkan bahwa saat pencalonan Jokowi pun semua kader PDIP ikut bergotong royong mengumpulkan dana.
"Kita, ketika mencalonkan Pak Jokowi, berapa banyak anak ranting-ranting yang semuanya ikut bergotong royong yang saya sebut Mas Prananda saja, ketika Pak Jokowi menjadi calon gubernur bergotong royong Rp 6,2 miliar," ujarnya.