Suara.com - Korban kekerasan seksual, W (29) mengaku sempat mendapat intimidasi usai dirudapaksa oleh eks Ketua DPD PSI Jakarta Barat, Norman Lianto.
Intimidasi tersebut datang dari Norman beserta anak buahnya, pada 7 Desember 2023 silam, atau 2 hari setelah peristiwa memilukan itu terjadi.
Baca Juga:
Dibongkar di Sidang Sengketa MK, BW: Pj Gubernur Dicopot Gegara Prabowo-Gibran Kalah di Aceh
Baca Juga: Jagokan Ganjar Tapi Keok di Pilpres, William PSI: Sekarang Saatnya Ikhlas
Beri Bukti Intervensi Bansos, BW: Suara Prabowo di Talaud Hanya 9,01% Pada 2019, Sekarang 75,39%
W menuturkan, saat itu anak buah Norman mendesaknya agar mau menandatangani pernyataan yang berisi jika kekerasan seksual tersebut tidak pernah terjadi.
Meski demikian, W merasa aneh lantaran peristiwa itu belum ia ceritakan kepada siapapun.
"Dia nyuruh aku buat surat pernyataan kalau aku fitnah, bohong, tidak dilecehkan," kata W, kepada awak media, dibilangan Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Baca Juga: Anies Dianggap Kirim Kode Ingin Jadi Gubernur DKI, PSI: Orang Jakarta Gak Butuh Dia
Saat itu, W juga mengaku jika dirinya sempat dipaksa anak buah Norman untuk ikut ke sebuah tempat.
Hal itu sontak membuat W menjadi trauma lantaran takit peristiwa serupa yang menimpanya kembali terjadi.
Meski demikian, dirinya bersikeras untuk tidak mau menandatangani surat pernyataan tersebut.
"Terduga pelaku memboyong anak buahnya ke suatu tempat yang aku gak tahu, di sana aku nangis histeris aku gak mau tanda tangan," ucap W.
Tangis Korban
Sebelumnya, tangis W (29) pecah saat mulai menceritakan kisah pilu yang dialaminya. Air matanya tak terbendung meski sudah mencoba untuk ditahan.
W merupakan buzzer dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yamg menjadi korban pemerkosaan oleh mantan Ketua DPD PSI Jakarta Barat, Norman Lianto.
W menuturkan, awalnya ia mendapatkan informasi soal adanya pembukaan untuk menjadi buzzer PSI.
Ia tertarik dengan lowongan tersebut lantaran ia memang sedang membutuhkan pekerjaan. Selain itu, PSI dianggap sebagai partai yang mewakili anak muda.
Akhirnya, W pun bergabung menjadi buzzer dari PSI
“Saya membutuhkan pekerjaan karena dari PSI sedang membuka untuk anggota dan relawan baru. Jadi saya tertarik disana, apalagi branding PSI sebagai portai anak muda,” kata W, di bilangan Jakarta, Rabu (27/3/2024).
Namun harapan W tidak sebanding dengan kenyataan. Dirinya yang ingin mencari nafkah untuk menghidupi dirinya, malah menjadi korban kekerasan seksual oleh Norman.
Norman sendiri merupakan orang yang meminta W untuk datang ke DPD PSI Jakarta Barat, yang ada di Green Garden, Kebon Jeruk.
W mengaku saat itu mau menjadwalkan ilang soal pemanggilan dirinya. Sebab pada saat itu waktu sudah malam hari. Namun Norman tetap meminta W untuk datang pada malam itu.
“Pelaku terus menerus menelfon saya memaksa saya untuk datang dengan alasan pekerjaan tuntutan profesional sebagai buzzer saya akhirnya datang malam-malam,” ungkapnya.
Setelahnya, W resmi bergabung menjadi buzzer PSI. Ia ingat betul, mulai bergabung dengan PSI pada tanggal 4 Desember 2023.
Namun sehari setelahnya, W diminta Norman untuk menemaninya memasang spaduk dan baliho kampanye bersama kader PSI lainnya. Namun W menolak untuk ikut memasang spanduk.
Namun saat itu Norman tidak memarahinya, Norman menyuruhnya membeli makanan di dekat mini market sekitar Kebon Jeruk.
“Pas sampai sana, saya dijemput sama pelaku bukan balik ke DPD untuk urusan pekerjaan saya malah dibawa kabur ke rumahnya. Rumahnya Norman Jalan Jeruk Bali 1,” katanya.
Sesampainya di rumah, Norman langsung mengurung W di dalam sebuah kamar dan mengunci pintu rumah dari dalam.
Norman terus menjalankan aksi bejatnya meski W telah meronta menolak keinginan mesumnya.
Tangisnya pun pecah ketika mengingat saat Norman mulai menggarap tubuhnya. Emosinya terus naik mengingat setiap adegan demi adegan yang diperbuat Norman terhadap dirinya.
“Aku gak mau, aku gak mau tolong lepasin aku, aku gak mau,” katanya sembari berlinang air mata.
Setelah peristiwa tersebut, W pun disekap oleh Norman di dalam kamar. Keesokan paginya, W baru dilepaskan.
Norman pun sempat mengiming-imingi W dengan sejumlah uang dan jabatan, asalkan tidak membocorkan hal tersebut.
Norman juga sempat mengancam W, agar tidak menceritakan hal tersebut kepada siapapun.
Mundur dari Jabatan
Setelah kasusnya mencuat ke publik, Norman Lianto mundur dari kursi jabatannya sebagai Ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Jakarta Barat.
Ketua DPW PSI DKI Jakarta, Elva Fahri Qolbina mengatakan Norman mundur dari jabatannya terhitung sejak Selasa 26 Maret 2024.
"Terduga pelaku sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPD sejak Selasa, 26 Maret 2024," kata Elva dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/3/2024).
Elva mengatakan, sejak mencuatnya peristiwa ini, DPW PSI Jakarta telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan prosedur internal partai.
"Kami ingin menegaskan bahwa partai kami tidak mentolerir tindakan kekerasan seksual dalam bentuk apapun dan terhadap siapapun," ungkapnya.
Elva mengatakan, pihaknya bakal mendukung proses hukum yang sedang berjalan untuk memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.
"Termasuk memberikan dukungan penuh kepada pihak berwajib dalam melakukan penyelidikan dan penegakan hukum yang adil," jelasnya.