Suara.com - Politisi PDI Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus, mengindikasikan jika partainya menerima hasil Pileg 2024 tapi tidak dengan hasil Pilpres 2024. Sebab, kata dia, tidak ada landasan moral untuk hasil Pilpres dipercaya.
Deddy mengatakan, jika Pileg tidak bisa dikaitkan dengan Pilpres dalam pelaksanaan pemilu.
Baca Juga:
PDIP Sebut Ada KPPS Diminta Ubah Suara di Palu, KPU Buka Formulir C Hasil TPS 08
KPU Hari Ini Umumkan Pemenang Pemilu 2024, Ganjar-Mahfud Sudah Janjian Bertemu Sore di Teuku Umar
Apalagi, kata dia, operasi kecurangan di Pemilu 2024 hanya untuk memenangkan Pilpres.
"Kita melihat kecurangan yang masif mobilisasi yang masif itu untuk Pilpres itu real ya yang kita dapat. Jadi Pileg di mana ikut-ikutannya? Dalam rangka meloloskan dua parpol. Itulah yang menyebabkan kalau menurut kami crash yang namanya Sirekap," kata Deddy di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/3/2024).
"Jadi kalau orang mengkait-kaitkan apakah ada kaitannya dengan Pileg? Gak ada. Operasi kekuasaan kemarin untuk pemenangan Presiden," sambungnya.
Baca Juga: Politisi PDIP Sebut MK Tak Perlu Repot-repot Terima Gugatan Pilpres: Cukup Tonton Dirty Vote
Ia pun menegaskan, jika indikasi tekanan lebih banyak di Pilpres ketimbang Pileg, sehingga tak ada landasan untuk menerima hasil Pilpres.
"Pileg itu ramai orangnya banyak pesertanya, tidak mungkin semua partai diancam semua caleg diancam, walaupun di kami banyak juga terjadi banyak juga yang dia presidennya nggak ngusung Pak Ganjar karena diancam misalnya, ada, tetapi kami tidak punya landasan moral untuk menerima hasil Pilpres yang ada sekarang. Itu tidak bisa," tuturnya.
"Karena kami juga tidak melihat aparat yang turun di lapangan itu mengusung salah satu parpol. Kalau paslon Presiden yes itu ada di mana-mana ya," sambungnya.
Untuk itu, kata dia, jika ada pihak yang mengkaitkan Pileg dengan Pilpres itu tidak relevan. Ia pun mencontohkan salah satu dugaan kecurangan.
"Jadi kalau ada yang menyangkut pautkan Pilpres dengan Pileg ya nggak ada hubungannya, itu sangat berbeda," ujarnya.
"Saya sendiri di Dapil saya merasakan bagaimana sebelum pemilu sampai 2 Minggu survei kita itu 48 persen dan setiap saya turun ke bawah di mana-mana Pak Ganjar, satu hari terkahir ada operasi dengan money politic besar-besaran ya, akhirnya suaranya gembos hanya dapat 51 ribu dari hampir 400 ribu pemilih. Apa yang mengubah itu dalam satu malam bisa berubah kalau bukan operasi kekuasan? Belum pernah secara teoritik secara empirik orang berubah pikiran dalam satu malam tanpa kejadian luar biasa, gak pernah terjadi itu," sambungnya.