Suara.com - Caleg DPR RI Dapil Sumut III asal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon memastikan gagal lolos ke senayan di Pemilu 2024.
Ia sempat meluapkan kekecewaannya karena pernah memperjuangkan sistem pemilu dengan proporsional terbuka di Mahkamah Konstitusi (MK).
Baca Juga:
Kantor hingga Rumah Digeledah, Uang Puluhan Miliar Milik Crazy Rich Helena Lim Disita Kejagung
Baca Juga: PKB Ungkap Ada Kotak Suara Tak Tersegel di 70 TPS, KPU Sumbar: Hanya 2 TPS
Tata Cara Sholat Hajat yang Benar: Niat, Surat Pendek, Doa dan Keutamaan
Ucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, Gibran Banjir Panggilan 'Mas Wapres'
Menurutnya, sistem pemilu terbuka di mana para caleg dipilih langsung oleh rakyat itu hanya melahirkan proses demokrasi nan barbar.
"Bersama dengan ini saya juga memohon maaf ke publik dan masyarakat luas karena telah menjadi pejuang sistem terbuka di MK kemarin. Yang ternyata membuat Pileg kali ini jadi lebih “bar-bar” di semua tingkatan. Tanpa pandang bulu mulai DPRD Kab/Kota, Propinsi sampai RI," kata Jansen melalui akun X pribadinya @jansen_jsp dikutip Jumat (15/3/2024).
"Dengan ini saya mengubah pandangan dan posisi saya atas itu. Karena melihat realitas dan praktek di pemilu kali ini, ternyata saya telah salah berjuang mempertahankan sistem ini," sambungnya.
Baca Juga: Menjadi Terburuk, Praktik Jual Beli Suara Politik di Indonesia Urutan Pertama Dunia?
Jansen menilai, sistem pemilu proporsional terbuka itu hanya akan efektif apabila beriringan dengan penindakan terhadap praktik politik uang.
Tanpa adanya penindakan, proses demokrasi melalui pemilu dianggap Jansen akan lebih rusak ke depannya.
Hal tersebut disampaikannya karena ia menyadari seluruh caleg 'terpaksa' untuk melakukan praktik politik uang ke masyarakat demi mendapatkan suara.
Kalau tidak melakukannya, maka potensi caleg untuk lolos pun sangat kecil.
Budaya praktik politik uang tersebut juga dianggap Jansen disambut baik oleh masyarakat.
"Pileg akhirnya jadi ajang banyak-banyakan mendata orang dan nebar uang. Dan ini sudah di level dianggap normal bahkan harus dilakukan jika maju pileg," terangnya.
Lebih lanjut, Jansen menilai, visi dan misi dari para caleg sudah tidak lagi penting. Justru hal terpenting ialah seberapa banyak uang yang ditebar caleg.
"Mungkin 99 porsen caleg terpilih di pemilu kali ini karena politik uang atau varian sejenisnya dan ini terjadi di semua tingkatan. Mulai Kabupatan/Kota sampai RI. Mungkin 1 persen saja yg murni terpilih tidak melakukan itu. Namun yang sudah membagi uang tidak terpilih jumlahnya lebih banyak lagi," tegasnya.
Masih dalam unggahan yang sama, Jansen meminta maaf kepada masyarakat yang sudah memilihnya di Pileg 2024.
Meski demikian, Jansen menegaskan kalau dirinya akan tetap terkoneksi dengan masyarakat yang sudah menaruh harapan kepadanya.
"Walau saya tidak terpilih, silahkan 12 ribu yang telah memilih saya tetap kita berhubungan. Walau bukan dengan “power” atau kewenangan yang dimiliki sebuah lembaga (karena saya tidak duduk), semoga dengan ilmu yang saya punya, saya tetap bisa membantu teman-teman semua."