Prabowo Mengeluh Demokrasi Melelahkan, Apa Kita Harus Kembali Seperti Pemilu 1999?

Selasa, 12 Maret 2024 | 14:24 WIB
Prabowo Mengeluh Demokrasi Melelahkan, Apa Kita Harus Kembali Seperti Pemilu 1999?
Prabowo pose dua jari. (Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di Pemilu 1999, ada 48 partai politik yang menjadi peserta.

Namun, hanya ada 21 partai yang memperoleh kursi di DPR. Pada momen tersebut, PDIP menjadi pemenang mayoritas suara.

Kemudian ada Partai Golkar, PPP, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PAN di posisi lima besar.

Kemudian, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR RI.

Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri saat muda dan menggunakn hak suaranya untuk Pemilu 1999. (TikTok/@indonesiaku_id)
Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri saat muda dan menggunakn hak suaranya untuk Pemilu 1999. (TikTok/@indonesiaku_id)

Kala itu, hasil Sidang Umum MPR, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.

Pemilu proporsional tertutup tersebut sempat kembali disinggung oleh Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla atau JK usai menilai Pemilu 2024 menjadi yang paling terburuk sepanjang sejarah.

Hal itu disampaikan JK dalam forum Election Talk #4 Konsolidasi Untuk Demokrasi Pasca Pemilu 2024: Oposisi Atau Koalisi di FISIP Universitas Indonesia (UI), Kamis (7/3/2024).

Awalnya, JK mengatakan, masyarakat Indonesia baru saja melewati masa Pemilu 2024. Ia menyinggung banyak pihak yang mengkritik penyelenggaraan Pemilu 2024.

"Sekarang kita baru saja melewati suatu cara pemerintahan demokratis dengan pemilu ini, yang bagi kita, banyak pihak yang menilai ya ini perlu dikoreksi, perlu dievaluasi," kata JK di lokasi.

Baca Juga: Prabowo-Gibran Unggul di Banten, Saksi Ganjar dan Anies Tolak Tanda Tangan Hasil Pleno

Kemudian, JK berpandangan bahwa Pemilu 2024 adalah pemilu terburuk yang pernah terjadi di Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI