Surya Paloh Mengaku Sedih Lihat Masa Depan Indonesia Usai Pemilu 2024, Sebabnya?

Jum'at, 08 Maret 2024 | 20:21 WIB
Surya Paloh Mengaku Sedih Lihat Masa Depan Indonesia Usai Pemilu 2024, Sebabnya?
Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh saat hadir di Lapangan Tegalega, Kota Bandung, Minggu (28/1/2024). (Suara.com/Rahman)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengungkapkan refleksinya terkait masa depan demokrasi di Indonesia setelah Pemilu 2024. Paloh merasa sedih.

Menurut Paloh, banyak pihak kini tidak berpikir jangka panjang tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca Juga:

Tom Lembong: Saya Tetap Yakin Pemenang Sesungguhnya Pemilu Ialah Perubahan

Baca Juga: JK Sebut Pemilu 2024 Terburuk dalam Sejarah, Jubir Prabowo Malah Klaim Pemilu Terbaik

Terungkap Maksud Kunjungan Gibran ke Inggris, Gerak Cepat 'Mas Wapres' untuk Program Hilirisasi?

Diungkap Mahfud MD, Begini Respon Ganjar Usai Dilaporkan ke KPK

Hal itu disampaikan Paloh acara Kuliah Umum bertajuk ‘Masa Depan Demokrasi Indonesia Pasca-Pemilu 2024’ di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).

"Kesedihan yang saya harus nyatakan. Seakan-akan kita sudah tidak mampu lagi membangun impian besar dalam strategi perspektif jangka panjang,” kata Paloh.

Paloh menilai, banyak orang yang mementingkan kelompoknya dibanding kepentingan rakyat kebanyakan. Dalam hal ini, Paloh memandang bahwa rakyat seperti dipaksa menerima solusi jangka pendek.

Baca Juga: Dahnil Anzar Sindir JK yang Sebut Pemilu 2024 Terburuk Sepanjang Sejarah

“Kondisi memaksa kita seakan-akan itu merupakan suatu impian yang nihil untuk dapat kita wujudkan. Kita dipaksa pada kepentingan-kepentingan sesaat, pada kepentingan jangka pendek yang serba pragmatis,” ucap Paloh.

Selain itu, dalam refleksinya, Paloh memberikan pesan khususnya kepada kelompok yang hanya memikirkan Indonesia dalam waktu 6 bulan ke depan.

Seharusnya para elite memikirkan bangsa jauh ke depan untuk memberikan peninggalan terbaik untuk anak cucu, bukan sekadar mengamankan kepentingan hari ini.

"Kalau kita sepakat itu artinya kita berhenti pada kepentingan generasi masa kini tanpa harus lagi memikirkan mereka, anak dan cucu kita, sebagai generasi pengganti yang mungkin kita harapkan jauh lebih hebat dari apa yang kita sumbangkan untuk kemajuan negeri ini,” pungkas Paloh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI