Suara.com - Jusuf Kalla atau JK mengatakan hasil suara Pemilu 2024 dapat diterawang dari tiga momentum, yakni sebelum pencoblosan, saat pencoblosan, dan setelah pencoblosan pada 14 Februari 2024 lalu
"Kita lihat suara Pemilu, tentu kita bagi tiga, sebelum 14 tanggal 14 dan setelah 14. Itu terjadi semuanya," kata JK dalam forum bertajuk Election Talk #4 Konsolidasi Untuk Demorkasi Pasca Pemilu 2024: Oposisi Atau Koalisi? di FISIP Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (7/3/2024).
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 itu menyebut ada pengondisian yang dilakukan ketika pencoblosan Pemilu 2024. Pengondisian itu, kata JK, salah satunya dilakukan lewat pembagian bantuan sosial (bansos) menjelang Pemilu.
"Apa yang terjadi di (tanggal) 14, pengondisian melihat situasi berapa besar yang dikeluarkan. Tidak boleh pengeluaran negara untuk hal yang sebanyak kebutuhan sosial itu," ucap JK.
Baca Juga: Gusarnya JK Lihat Situasi Indonesia Saat Ini: Panas dan Membosankan karena Pemilu
"Kenapa Bansos begitu besar pada bulan-bulan yang sama? Tanggal-tanggal yang sama contohnya seperti itu," lanjutnya.
Eks Ketua Umum Partai Golkar itu menilai pengondisian seperti Pemilu 2024 tidak boleh terulang.
"Ini harus dilihat untuk pelajaran masyarakat agar jangan terjadi. Bagi saya bukan soal menang kalah, bukan. supaya jangan terjadi pada masa yang akan datang," jelas JK.
Lebih lanjut, JK berharap demokrasi di Indonesia dapat berkembang menjadi sistem yang baik. Dia mewanti-wanti demokrasi tidak mudah untuk dibeli karena hanya akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Apabila sistem yang sekarang ini terjadi lagi pada masa yang akan datang akan berulang. Maka demokrasi yang kita harapkan menjadi sistem yang baik akan menjadi terbeli oleh kemampuan terkutuk. Kalau demokrasi sudah terbeli, dipengaruhi ditentukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Maka masa depan bangsa ini akan menjadi masalah besar," pungkasnya.
Baca Juga: Sosok Rudy Tanoesoedibjo, Saudara Hary Tanoe yang Jadi Saksi Korupsi Bansos