Suara.com - Politisi PPP Miftah Sabri menyoroti lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada real count KPU RI. Hasilnya, terjadi lonjakan suara PSI yang hampir mendekati ambang batas parlemen 4 persen.
“Menurut quick count dia itu hanya 2,7 persen, saya cek paling tinggi quick count lembaga credible dia 2,8 persen, artinya sebagai orang yang percaya scientific method dia itu maksimum 3,8 persen, hari ini (PSI) sudah 3,01 persen kemarin,” katanya seperti dikutip dari akun Youtube Total Politik, Senin (4/3/2024).
Perolehan suara PSI itu membuat Miftah khawatir. Ini dikarenakan perolehan suara PPP yang saat ini baru sekitar 4,15 persen dikhawatirkan tersalip.
“Bagi PPP yang (perolehan suara) hanya 4,15%, 4,20%, itu bahaya banget bro, artinya, tapi publik nggak ngeh, kalau tiba-tiba partai yang tertentu ini melonjak dan sekarang sudah terjadi 1 sampai 2 hari ini,” katanya.
Baca Juga: Romy PPP Ungkap Dugaan Penggelembungan Suara Bukan di TPS
Miftah menduga adanya penggelembungan suara untuk PSI di wilayah kecamatan yang ada di Indonesia tanpa mengubah raihan suara partai lain.
Secara tidak langsung hal ini berdampak pada persentase perolehan secara menyeluruh.
“Di Indonesia ada 7.200 kecamatan, yang punya titik-titik oke di kecamatan itu tambahin, di kecamatan itu tambahin. Nah itu pengalaman di lapangan menambahkan angka partisipasi untuk menguntungkan satu partai tanpa mengurangi suara partai lain,” jelasnya.
Tanpa mengurangi suara partai lain, kata Miftah, dugaan penggelembungan suara ini akan lebih sulit terbaca.
“Partai lain punya C1 nih bro, begitu dicek 'enggak suara saya tetap kok', gitu, kan dilihat 'nggak aman suara kita nggak dicolong', tapi angka partisipasi ditambahin ke sana,” kata Miftah.
Baca Juga: Anies Singgung Ledakan Suara PSI: Jangan Karena Partai Anak Presiden!
“Nah ini modus terkini, dulu kan colong-colong modusnya, colong antarpartai, colong intrapartai, ini sudah jarang gue temuin,” tambahnya.
Akibat kejadian ini, bagi PPP yang merupakan partai di klasemen bawah parlemen saat ini merasa sangat dirugikan. Ini dikarenakan ada suara mereka yang berkurang.
“Kemarin gue di DPP mentabulasi, ada 6,5 juta orang yang milih PPP nih, caleg-calegnya, logo partai, dan segala-gala. Tapi gara-gara ada orang yang dan per tabulasi kemarin dapat 15 kursi di DPR, memang turun dari 19 jadi sekarang 15, tapi gara-gara ada upaya memenangkan partai tertentu, PPP-nya jadi hilang 0,3%, jadi 3,7%, 6 juta ini jadi nggak dihargai di DPR. 15 kursi ini jadi hilang,” katanya.
Lebih lanjut, Miftah menyebut data yang dia sampaikan ini berdasarkan laporan yang masuk terkait adanya dugaan penggelembungan suara untuk PSI di tiap kecamatan.
“Kenapa saya berani ngomong ini? Laporan dari kecamatan-kecamatan,” pungkasnya.