Suara.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyatakan siap menjadi oposisi bagi pemerintahan baru jika pasangan calon yang mereka usung yakni Ganjar Pranowo – Mahfud Md kalah dalam Pemilu 2024. Pertanyaan kapan terakhir kali PDIP menjadi oposisi pun akhirnya mengemuka.
Pasalnya, peran Partai Banteng sebagai pengawas pemerintahan terakhir kali dilakukan sepanjang 2004 – 2009. Saat itu Indonesia berada di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY selama sepuluh tahun.
Menguatnya peluang PDIP menjadi oposisi juga sempat dilontarkan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Hasto menyatakan partainya siap menjadi oposisi dalam pemerintahan dan parlemen di masa yang akan datang. PDIP nantinya akan menjalankan fungsi check and balance.
Ada momen menarik ketika PDIP jadi oposisi di era SBY, Megawati dan Puan pernah mengeluarkan protes dan menangis secara terpisah sebagai respons terhadap kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meningkatkan harga bahan bakar minyak pada tahun 2008.
Baca Juga: Ini Langkah KPU Setelah Terima Surat Penolakan Sirekap dari PDIP Via WA
Hasil Sementara Pemilu
Berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count, Pasangan Calon Presiden – Wakil Presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka dipastikan memenangi pemilu dengan perolehan suara di atas 50 persen, unggul jauh dari Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar serta Ganjar – Mahfud.
Menyikapi hal ini, Ganjar dan Anies mendorong PDIP -yang merupakan partai dominan di parlemen- untuk menggunakan hak angket. Hak tersebut merupakan salah satu hak anggota DPR untuk menyelidiki terhadap pelaksanaan suatu undang-undang/kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Jika PDIP benar – benar menggunakan hak tersebut, maka mereka dinilai benar – benar mulai menjalankan fungsi sebagai oposisi. Pasalnya, dugaan kecurangan kuat diarahkan kepada pasangan Prabowo – Gibran, yang justru berpeluang besar juga memenangi penghitungan real count dari KPU.
Secara terpisah, Pengamat Politik Ujang Komaruddin menyebutkan jika benar akan menjadi oposisi, PDIP bakal menjadi oposisi tunggal. Partai – partai di luar PDIP yang tidak berkoalisi dengan Prabowo – Gibran kemungkinan besar akan dirangkul masuk dalam pemerintahan.
Baca Juga: Definisi Cantiknya Gak Kenal Waktu dan Zaman, Visual Titiek Soeharto Tahun 1989 Tuai Decak Kagum
"Kalau PKS kan dari dulu dekat dengan Prabowo. Walaupun hari ini tidak dukung Prabowo, bisa saja nanti gabung dengan Prabowo," jelasnya.
Lantaran itu, ia menilai kemungkinan besar hanya tinggal PDIP partai parlemen yang bakal tetap berada di oposisi. Sebab, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terlihat enggan untuk gabung dengan Prabowo.
"Kita lihat bahwa di PDIP adalah Megawati, jadi oposisi jadi lebih dominan daripada bergabung dengan Prabowo. Saya sih melihat pilihannya menjadi oposisi," katanya.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni