Suara.com - Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin berpendapat pentingnya keberadaan oposisi dalam pemerintahan. Kebijakan yang dibuat pemerintah bisa dikritisi demi fungsi check and balances.
Karena itu, Ujang menyarankan jika memang pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menang Pilpres, maka sebaiknya tetap ada parpol yang menjadi oposisi. Ujang menyebut komposisi yang tepat adalah 60 persen pro pemerintah, dan 40 persen oposisi.
"Ya lebih baik ada keseimbangan ya. Prabowo kalau menang silahkan bangun pemerintahan yang kuat. Bisa 60 persen pemerintahan 40 persen oposisi," ujar Ujang kepada Suara.com, Selasa (20/2/2024).
Dengan adanya oposisi yang kuat, maka pemerintah akan merasa diawasi dan tak membuat kebijakan atau program yang menguntungkan segelintir orang saja.
Baca Juga: Ditanya Posisi PKB ke Depan, Cak Imin Galau: Kalau Kita Menang, di Jalur Pemerintahan
"Saya lihat ini bagus karena bangsa ini butuh oposisi yang kuat. Kita membutuhkan pemerintahan yang kuat, di saat yang sama kita mbutuhkan oposisi yang kuat dan tangguh agar ada check and balances," jelasnya.
Diketahui, paslon nomor urut dua, Prabowo-Gibran diprediksi akan memenangkan Pilpres 2024 usai dinyatakan meraih suara di atas 50 persen versi hitung cepat alias quick count. Berdasarkan perhitungan KPU hingga Senin siang, kubu 02 juga masih unggul dengan kisaran suara 57-58 persen.
Prabowo-Gibran diusung oleh Gerindra, Demokrat, PAN, dan Golkar. Sementara, partai parlemen lainnya yang di luar koalisi adalah PDIP, PPP, PKB, NasDem, dan PKS.
Berdasarkan sejarah dan situasi saat ini, Ujang menilai baru PDIP yang memiliki kemungkinan besar akan menjadi oposisi.
"PDIP kan sudah punya daya tahan, punya pengalaman oposisi sejak orde baru. Lalu di zaman SBY juga oposisi," pungkasnya.
Baca Juga: Dear Sis Grace Natalie, Ini Ada Pesan Menohok dari Ahok Dibaca Yah