Suara.com - Pertemuan antara Presiden Joko WIdodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh mencuri perhatian publik.
Pertemuan keduanya berlangsung di Istana Negara, Minggu (18/2/2024) lalu, di tengah berembusnya dugaan adanya kecurangan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Salah satu pihak yang mengecam dugaan kecurangan tersebut adalah kubu pasangan calon nomor urut 01, Anies-Muhaimin, dimana Partai NasDem adalah salah satu parpol yang mengusungnya.
Karena itulah pertemuan antara Jokowi dengan Paloh menimbulkan beragam tafsir, diantaranya adanya upaya dari pihak paslon 02 untuk merangkul NasDem masuk ke koalisinya.
Baca Juga: Kubu Ganjar Tergelitik Lihat Istana dan NasDem Saling Klaim Soal Pertemuan Jokowi-Surya Paloh
Pertemuan itu sekaligus mengindikasikan berakhirnya hubungan renggang yang selama ini dinilai terjadi antara Paloh dan Jokowi. Hubungan keduanya dalam hampir satu dekade terakhir memang mengalami pasang surut, seiring dinamisnya kondisi politik Indonesia.
Lantas seperti apakah naik turunnya hubungan antara Jokowi dengan Surya Paloh selama ini? Berikut ulasannya.
NasDem dukung Jokowi sejak 2014
Ketika Joko Widodo resmi diusung menjadi bakal calon presiden pada Pilpres 2014, Partai NasDem adalah yang pertama memberikan dukungan setelah PDI Perjuangan.
Dukungan itu juga menandakan NasDem resmi berkoalisi dengan PDI Perjuangan dalam pilpres 10 tahun lalu.
Baca Juga: Reaksi Kubu Ganjar soal Pertemuan di Istana, Jokowi Dicurigai Bujuk Surya Paloh Lakukan Ini
"Kami, Partai Nasdem, sepakat merapatkan barisan persiapan mendukung calon presiden dari PDI-P yang tepat berada di samping kanan saya, Mas Joko Widodo," kata Surya Paloh dalam konferensi persnya di kantor DPP Nasdem, Jakarta Pusat, Sabtu (12/4/2014).
Paloh melanjutkan, keputusan NasDem berkoalisi dengan PDI Perjuangan karena adanya kesamaan platform dan garis perjuangan diantara keduanya.
NasDem ada dalam pemerintahan Jokowi selama dua periode
Buah dari dukungan NasDem pada Jokowi adalah masuknya partai besutan Surya Paloh itu dalam lingkaran pemerintahan.
Selama dua periode kepemimpinan Joko Widodo, NasDem merasakan empuknya kursi kekuasaan.
Sejumlah kadenya pun ditunjuk untuk menjadi menteri, diantaranya Johnny G Plate yang pernah menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).
Selain itu Syahrul Yasin Limpo yang pernah menjadi Menteri Pertanian dan Siti Nurbaya yang hingga kini menjabat sebagai Menteri KLHK.
Hubungan Jokowi-Paloh mulai renggang
Hubungan mesra antara Presiden Jokowi dengan Surya Paloh mulai renggang ketika Partai NasDem menyatakan diri menjagokan Anies Baswedan sebagai Capres 2024.
Sikap politik NasDem itu kemudian disusul dengan isu perombakan kabinet yang mengancam sejumlah menteri yang berasal dari NasDem.
Isu tersebut semakin kencang ketika PDI perjuangan mulai menyorot kinerja Menteri LHK dan Mentan yang berasal dari NasDem.
"Satu kinerjanya, dua termasuk partainya. Kalau memang gentle betul sudah seperti itu, akan lebih baik, untuk menteri-menterinya (NasDem) lebih baik mengundurkan diri," kata Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Dan akhirnya dua menteri yang berasal dari NasDem dicopot karena tersandung kasus korupsi, yakni Johnny G Plate dan Syahrul Yasin Limpo.
NasDem tolak wacana penundaan pemilu
Hubungan antara Jokowi dan paloh semakin memanas ketika Ketua Umum Partai NasDem itu menyatakan menolak wacana penundaan pemilu.
Dalam pernyataannya di depan awak media pada Kamis (3/2/2022) Surya Paloh dengan tegas menolak wacana itu yang berujung pada perpanjangan masa jabatan presiden.
"Jelas kita berpegang pada konstitusi yang ada dan saya pikir itu tidak akan berakhir sampai pada proses akhir yaitu mengamandemen UUD 1945," ungkap Paloh.
Beda pilihan politik semakin kentara
Joka Surya Paloh dan NasDem mantap mendukung Anis Baswedan sebagai calon presiden di Pilpres 2024, maka sikap politik Jokowi lebih cenderung mendukung Prabowo Subianto.
Perbedaan sikap politik ini menjadi klimaks panasnya hubungan antara keduanya. Segala manuver dilakukan oleh Jokowi dan Paloh untuk memenangkan jagoannya.
Namun akhirnya pertarungan itu berakhir dengan kemenangan sementara Prabowo Subianto versi hitung cepat.
Sementara capres Anies yang diusung NasDem harus puas berada di posisi kedua.
Jokowi dan Paloh bertemu usai Pilpres
Belum genap sepekan dari hari pencoblosan, Ketua Umum Partai NasDem bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara pada Minggu (18/2/2024).
Keduanya berbincang kurang lebih satu jam dan seakan menandakan berakhirnya perang dingin diantara keduanya selama ini.
Beragam dugaan muncul mengenai pertemuan Jokowi-Paloh. Ada yang menduga kalau Jokowi akan merangkul NasDem untuk masuk ke dalam koalisi Prabowo.
Menariknya dari pertemuan Jokowi dan Surya Paloh itu menghasilkan klaim yang berbeda dari pihak Istana dan Partai NasDem.
Pihak Istana melalui Koordinator Staf Presiden, Ari Dwipana, menyebut pertemuan itu terjadi karena Surya Paloh memohon bertemu Jokowi.
"Presiden menerima Bapak Surya Paloh malam ini di Istana Merdeka. Sebelumnya, Bapak Surya Paloh menyampaikan permohonan untukmenghadap Bapak Presiden," kata Ari Dwipana kepada awak media.
Di sisi lain, Ahmad Sahroni yang merupakan Bendahara Umum DPP NasDem mengatakan bahwa pertemuan itu terjadi karena Jokowi yang memanggil Ketua Umum Partai NasDem itu.
"Dipanggil Pak Presiden," kata Sahroni.
Kontributor : Damayanti Kahyangan