Disoroti Pengamat Asing: Jika Prabowo Jadi Presiden, Isu Laut Cina Selatan dan Myanmar Bakal Jadi Prioritas?

Sabtu, 17 Februari 2024 | 12:16 WIB
Disoroti Pengamat Asing: Jika Prabowo Jadi Presiden, Isu Laut Cina Selatan dan Myanmar Bakal Jadi Prioritas?
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mencoblos di TPS 033, Kampung Curug, Desa Bojong Koneng, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keunggulan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dalam perolehan hasil suara berdasarkan quick count dinilai akan berdampak baik bagi hubungan Indonesia dengan negara-negara lain di Asia.

Kepala Eksekutif Asialink Business di Melbourne Leigh Howard menjelaskan jika Prabowo terpilih menjadi presiden, negara-negara tetangga akan lebih aktif mengambil peran dalam hubungan diplomasi dengan Indonesia.

Terlebih, lanjut dia, hal ini disebabkan dengan hubungan baik yang dijalin Prabowo bersama negara-negara adidaya selama ini.

“Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo dikenal karena menganjurkan kebijakan luar negeri yang lebih seimbang dan mencari kemitraan dengan banyak negara, termasuk negara-negara Asia,” kata Howard, dilansir dari The Straits Times, Sabtu (17/2/2024).

Baca Juga: Dipuji Sederhana Padahal Old Money, Intip Koleksi Barang Branded Titiek Soeharto

“Sebagai calon presiden, Prabowo menyebutkan perlunya kapasitas pertahanan maritim yang kuat untuk mempertahankan kepentingan Indonesia,” tambah dia.

Howard juga menyebut negara-negara di Asia Tenggara mungkin menyukai komitmen Prabowo dalam Pemilu 2024. Terlebih, Prabowo menjadikan puta sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden yang mendampinginya.

Dalam lingkaran diplomatik, kata dia, hal itu dipandang sebagai situasi yang baik karena pemerintahan Jokowi dianggap menghasilkan Indonesia yang stabil dan sejahtera.

Di sisi lain, sejumlah pihak juga menilai Indonesia di ASEAN hanya akan fokus mendorong isu-isu di Asia Tenggar seperti konflik Laut Cina Selatan dan krisis kemanusiaan di Myanmar.

Namun, Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Andreyka Natalegawa menilai bahwa Jokowi sudah menjauhi nilai tradisional dalam memimpin ASEAN.

Baca Juga: Titiek Soeharto Selalu Pakai Gelang Ini, Ternyata Ada Makna Istimewa di Baliknya

“Fakta bahwa pemerintahan Jokowi telah menjauh dari peran tradisional Indonesia sebagai pemimpin di Asean telah memperburuk penyimpangan strategis organisasi tersebut," kata Natalegawa.

“Prabowo memiliki peluang untuk mengarahkan Indonesia menuju peran yang lebih maju dan aktif di Asean, serta memulihkan relevansi dan sentralitas lembaga tersebut. Namun semua ini tergantung pada apakah ia memiliki kesabaran untuk mengatasi proses pengambilan keputusan dan kelembagaan Asean yang memang lemah,” tutur dia.

Naltalegawa menambahkan bahwa jika terpilih menjadi presiden, Prabowo memang berpotensi memprioritaskan isu keamanan maritim dan hak Indonesia di Laut Cina Selatan dengan berkonsolidasi dengan negara-negara yang penggugat.

Terlebih, setelah Jokowi sepakat dengan Filipina untuk memperkuat hubungan pertahanan dan perjanjian menegnai Laut Cina Selatan dan kerja sama di ASEAN.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI