Sementara dua partai lainnya harus gigit jari.
Sebabnya, Partai Hanura yang dipimpin Oesman Sapta Odang atau OSO hanya mendapatkan 71.607 suara atau 1,26 persen.
Partai Perindo memperoleh 97,436 suara atau 1,72 persen.
![Pasangan Capres-Cawapres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat debat Capres-Cawapres kelima di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/04/42344-debat-capres-kelima-ganjar-pranowo-mahfud-md-ganjar-mahfud.jpg)
Coattail effect atau efek ekor jas sebenarnya diharapkan oleh partai politik ketika mendukung capres-cawapres.
Namun, pada praktiknya, coattail effect tidak terlalu efektif.
Sebab, masih ada yang namanya fenomena split ticket voting. Fenomena tersebut terjadi ketika seseorang memiliki pilihan capres-cawapres yang berbeda dari parpol pengusungnya.
Lembaga Indostrategic sempat merilis hasil survei yang memperlihatkan potensi munculnya split ticket voting di Pemilu 2024.
"Split ticket voting adalah fenomena terbelahnya dukungan politik pemilih dalam dua event pemilihan yang ada, misalnya berbedanya dukungan pemilih dalam Pileg dan Pilpres, di mana pasangan capres-cawapres yang didukung, bukan berasal dari kelompok yang didukung oleh partai politik pilihannya," demikian keterangan Indostrategic pada Selasa (3/8/2021).
Fenomena split ticket voting juga pernah terjadi pada Pemilu 2004. Kala itu Partai Golkar menjadi pemenang di Pileg-nya.
Baca Juga: Ganjar Merasa Aneh Suaranya Kecil Saat PDIP Unggul di Jawa Tengah
Namun, Pilpres 2004 justru dimenangkan oleh Partai Demokrat sebagai partai pengusung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).