Mirip Golkar Saat Pemilu 1997, Hasto PDIP Endus Fenomena Overshooting di Pemilu 2024

Kamis, 15 Februari 2024 | 17:41 WIB
Mirip Golkar Saat Pemilu 1997, Hasto PDIP Endus Fenomena Overshooting di Pemilu 2024
Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Hasto Kristiyanto. [Suara.com/Bagaskara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto menyinggung adanya fenomena overshooting di Pemilu 2024. Fenomena tersebut, kata Hasto, bisa terjadi ketika adanya operasi masif yang turut melibatkan penguasa.

"Kami melihat nampak adanya fenomena overshooting. Jadi kalau berburu itu nembaknya berlebihan," kata Hasto di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Rabu (14/2/2024).

Baca Juga:

Serukan Perubahan Untuk Indonesia, Ririe Fairus Dapat Hal Tak Terduga

Baca Juga: Keluhan Petugas KPPU Hitung Suara Pemilu 2024: Kerja Nonstop sampai Subuh Buta Gegara Ini

Begini Ekspresi Selvi Ananda ketika Gibran Sebut bakal Mandi Dulu saat Tiba di Jakarta

Adu Fashion Fery Farhati vs Titiek Soeharto vs Siti Atikoh: 1 Tas Setara 1500 Tas Istri Ganjar

Hasto lantas memperlihatkan contoh saat Pemilu 1997 diselenggarakan. Kala itu, Partai Golkar yang menjadi penguasa mendapatkan suara tinggi bahkan jarak dengan rival-nya pun sangat jauh.

Partai berlambang pohon beringin tersebut mendapatkan suara sebanyak 84,70 persen di Timor Timur.

Sementara PDIP mendapatkan 13,49 persen dan PPP hanya meraup 1,82 persen.

Baca Juga: Satir Akbar Faizal Sapa Para Caleg di Pemilu 2024: Siapa yang Giliran Sinting Pertama!

"Ketika suatu operasi masif dilakukan, maka sampai rezim penguasa saat itu kaget karena partai penguasa saat itu sampai mendapatkan hampir 100 persen," ungkapnya.

Apakah kondisinya sama dengan Pemilu 2024?

Hasto memberikan perbandingan hasil penghitungan quick count pemungutan suara di Indonesia dengan hasil exit poll pemilu di luar negeri.

Diketahui, Pemilu 2024 di luar negeri digelar lebih cepat dari jadwal pemungutan suara di Tanah Air.

Hasil exit poll di luar negeri yang beredar di masyarakat memperlihatkan pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar-Mahfud unggul dari dua rivalnya.

Sementara Ganjar-Mahfud keok kalau melihat hasil quick count untuk penghitungan suara di dalam negeri.

Pasangan Capres-Cawapres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat debat Capres-Cawapres kelima di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD saat debat Capres-Cawapres kelima di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Perbandingan itu lah yang kemudian dianggap Hasto sebagai bentuk dari adanya fenomena overshooting.

Menurutnya, exit poll dari hasil pemilu di luar negeri menjadi contoh tidak adanya operasi masif yang dilakukan oleh penguasa.

"Exit poll di luar negeri itu mencerminkan tidak adanya operasi bansos, tidak adanya operasi intimidasi, tidak adanya operasi keterlibatan dari institusi-institusi negara, sehingga warga Indonesia bisa menyampaikan pilihannya secara jernih," jelasnya.

Sebagai informasi, istilah overshooting yang dimaksud Hasto ialah ketika melihat hasil suara Prabowo-Gibran terlalu banyak bahkan mendekati 100 persen.

Dikutip melalui https://pemilu2024.kpu.go.id/pilpres/hitung-suara, Prabowo-Gibran masih unggul ketimbang dua rivalnya.

Dilihat dari data pada pukul 17.00 WIB, Prabowo-Gibran mendapatkan 19.758.780 suara atau 43,9 persen.

Posisi kedua ditempati Anies-Cak Imin dengan 8.963.210 suara atau 25,55 persen.

Sementara Ganjar-Mahfud mendapatkan 6.361.690 suara atau 18,13 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI