Suara.com - Pembatalan Piala Dunia U-20 yang semula dijadwalkan diselenggarakan di Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu momen Ganjar Pranowo kehilangan sebagian suara dari pemilih, terutama kalangan pecinta sepak bola nasional.
Pasalnya, Piala Dunia U-20 adalah ajang pembuktian bagi Timnas Indonesia yang sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Dilansir dari Antara, kegagalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia menurunkan elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai capres.
"Anjloknya elektabilitas Ganjar Pranowo menyusul penolakan Gubernur Jawa Tengah itu terhadap kehadiran Timnas Israel, yang berbuntut dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun ini," kata peneliti senior MIPOS Yuyun Andriani dalam keterangan tertulis pada April 2023 lalu.
Bahkan, survei MIPOS mengungkapkan, elektabilitas Ganjar turun cukup besar dari survei yang dilakukan sebelumnya pada November 2022.
Baca Juga: Raffi Ahmad Bongkar Jasa Mayor Teddy, Malah Dibanjiri Pesan Ini
"Jika saat ini dilaksanakan Pemilihan Presiden (Pilpres), hanya 16,8 persen yang mengaku akan memilih Ganjar. Padahal pada survei MIPOS sebelumnya elektabilitas Ganjar masih sekitar 20 persen," sambung Yuyun.
Polemik ini sejatinya bukan berarti Ganjar Pranowo menolak Piala Dunia U-20 di Indonesia melainkan Ganjar Pranowo, Gubernur Bali Wayan Koster sebagai kader PDI Perjuangan menolak Timnas Israel untuk berkompetisi di Piala Dunia U-20 yang seharusnya digelar di Indonesia. Keputusan tersebut menuai berbagai tanggapan, termasuk dari pemerintah pusat dan publik.
Menurut Ganjar, keputusannya adalah suatu sikap yang perlu diambil, yang berkaitan dengan amanah Konstitusi UUD Negara Republik Indonesia 1945.
"Tidak, saya tidak menyesal karena ini adalah suatu sikap, sebuah keputusan yang harus kita ambil," ujar Ganjar dalam wawancara di acara Mata Najwa yang disiarkan di platform YouTube.
Meskipun memiliki sikap tegas terkait penolakan Israel berpartisipasi dalam pertandingan di Indonesia, Ganjar meminta maaf kepada para pemain Timnas Indonesia U-20 dan para pendukung sepak bola di Indonesia.
Baca Juga: Diam-diam Jokowi Bertemu Prabowo-Gibran Usai Pencoblosan, Bahas Apa?
Hal ini karena penolakan tersebut akhirnya mengakibatkan FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Keputusan itu diumumkan oleh FIFA melalui situs resmi mereka pada 29 Maret lalu. Sebelumnya, FIFA telah membatalkan acara pengundian Piala Dunia U-20 2023 yang seharusnya digelar di Bali karena penolakan dari Gubernur Pulau Dewata, I Wayan Koster.
"Ganjar sebenarnya siapa. Saya tidak ikut menandatangani apapun, saya adalah gubernur Jawa Tengah yang menjadi salah satu penyelenggaraannya di Solo," kata Ganjar.
"Namun saya sangat memahami perasaan para pemain Timnas U-20 dan para pendukung sepak bola tentunya. Dalam konteks ini, saya ingin meminta maaf kepada mereka. Tetap semangat dan maju terus," tambahnya.
Di kesempatan lain, Ganjar menyatakan bahwa penolakan tersebut adalah bagian dari upaya bersama untuk mendukung kemerdekaan Palestina sesuai dengan amanat Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno.
"Kita sudah mengetahui komitmen Bung Karno terhadap Palestina, baik yang disampaikan dalam Konferensi Asia-Afrika, Gerakan Non-Blok, dan dalam Konferensi Kekuatan Baru yang Muncul. Jadi, kita mengikuti amanat beliau," jelas Ganjar dalam pernyataannya pada Kamis (23/3/2023).
Sejumlah kalangan, termasuk netizen di media sosial lantas mengaitkan sedikitnya hasil suara yang diperoleh Ganjar dalam Pilpres kali salah satunya disebabkan oleh langkah politiknya kala itu.
"Para penggemar sepakbola ini real silent majority gak banyak bacot asal ke TPS gak pilih orang yang pernah buat mereka kecewa, terus pulang," tulis salah satu akun pecinta Timnas Indonesia di X.
"Biar Israel main di sini. Kita bela Palestina pakai cara teror mereka dari tribun dll kan bisa. Tapi ya gapapa, kan ada Pildun U-17," sahut lainnya.
"Ya Pak Ganjar juga ga salah. Kan ada konstitusi," sambung akun lain.
Terlebih lagi, pemerintah pusat dan berbagai pihak sudah jauh hari menyiapkan gelaran Piala Dunia U-20. Presiden Jokowi kala itu bahkan mengirim Erick Thohir untuk melobi FIFA di Qatar.
Kekalahan Ganjar Pranowo dalam elektabilitasnya dipandang sebagai konsekuensi dari polemik yang melibatkan keputusannya terkait Piala Dunia U-20.
Meskipun alasan lain juga mungkin berperan, kejadian ini tampaknya memberikan dampak yang signifikan terhadap persepsi masyarakat terhadap kinerja dan keputusan Ganjar Pranowo sebagai pemimpin.
Hingga Kamis (15/2/2024), berdasarkan informasi dari KPU, data yang sudah masuk sudah berada di angka 41,01%. Ganjar Pranowo dan Mahfud Md berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 19.34%, di urutan kedua ada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dengan suara 24,55%.
Untuk sementara, capres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka masih memimpin dengan perolehan suara 56,11%.