Suara.com - Jelang hari pencoblosan Pemilu 2024, wacana publik kembali menguat untuk menggelar agar pemilihan presiden (Pilpres) digelar dalam satu putaran.
Isu tersebut makin kencang berdasarkan hasil sejumlah survei lembaga yang menunjukan adanya potensi Pilpres bakal berlangsung satu putaran.
Meski begitu pada survei terakhir yang dikeluarkan Indikator Politik berada pada kisaran 49,4 persen hingga 54,2 persen, dan Poltracking pada rentang 48,8 persen hingga 54,6 persen masih terbuka peluang terjadi Pilpres dua putaran.
"Masih ada kemungkinan margin of error itu di bawah 50 persen masih ada. Ya, meskipun memang tren dari pasangan 02 ini cenderung naik. Namun pasangan 01 juga cenderung naik," kata Pakar Politik dari Universitas Brawijaya Wawan Sobari seperti dikutip Times Indonesia-jaringan Suara.com, Selasa (13/2/2024).
Baca Juga: Kisruh di TPS London WNI Tak Bisa Nyoblos, Begini Penjelasan Ketua PPLN
Meski begitu, Wawan menganggap Pilpres belum tentu juga akan terjadi dua putaran. Hal tersebut mengacu pada hasil survei yang sudah dirilis.
Namun lebih jauh, Wawan lebih menyoroti adanya penggiringan opini Pilpres satu putaran untuk menghemat anggaran.
"Yang paling penting dan dikhawatirkan sebenarnya adalah ada upaya untuk menggiring opini bahwa pemilu ini cukup dibuat satu putaran untuk menghemat anggaran. Itu yang saya tidak setuju ya," paparnya.
Pilpres Satu Putaran
Menurutnya, anggaran Pemilu sebenarnya sudah dipersiapkan sebelumnya. Pun bila Pemilu berlangsung satu putaran karena alasan penghematan sekitar Rp 12 triliun hingga Rp 15 triliun, belum tentu juga signifikan dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Dirty Vote Tembus 15 Juta Lebih Penonton, Ini 3 Link Film yang Bikin Gerah Segelintir Pihak
"Jadi dana sisa karena pilpres satu putaran itu anggaran yang seharusnya untuk dua putaran itu direalokasikan untuk yang produktif atau yang sifatnya untuk menyejahterakan rakyat? Jawabannya, kita tidak bisa mendapat jaminan itu," paparnya.
Lantaran itu, ia menganggap Pilpres berlangsung satu putaran atau dua putaran hendaknya jangan dilihat sebagai penghematan anggaran.
"Jadi seolah-olah berkata demikian ya sudahlah satu putaran saja kemudian biar nanti pemilu anggarannya lebih sedikit, ada penghematan. Itu yang menurut saya tidak tepat," katanya.
Justru ia menegaskan yang harus dilihat dalam proses Pemilu 2024, yakni nilai-nilai demokrasi, kebebasan sipil, partisipasi politik, kinerja lembaga publik dan kepastian hukum berjalan dengan Luberjurdil.
"Kalau saya sih sebenarnya berharap satu putaran atau dua putaran itu rakyat yang memutuskan, selama Pemilu-nya itu Luberjurdil," tegasnya.
Masih menurutnya, prinsip-prinsip Luber jurdil yang paling penting. Hal tersebut berdasar pada arti demokrasi yang merujuk pada kekuasaan di tangan rakyat, atau rule by the people.
"Rakyat yang berada di sentral kekuasaan, dan Pemilu adalah ajang kedaulatan rakyat. Jangan sampai kemudian rakyat yang berdaulat, dinodai ulah-ulah elit penguasa yang menginginkan kemenangan dengan cara-cara yang tidak fair atau tidak Luberjurdil," ujarnya.