Blak-blakan Ungkap Alasan Garap Film Dokumenter Dirty Vote, Dandhy Laksono: Saya Golputers, Gak Peduli Pemilu!

Selasa, 13 Februari 2024 | 13:11 WIB
Blak-blakan Ungkap Alasan Garap Film Dokumenter Dirty Vote, Dandhy Laksono: Saya Golputers, Gak Peduli Pemilu!
Blak-blakan Ungkap Alasan Garap Film Dokumenter Dirty Vote, Dandhy Laksono: Saya Golputers, Gak Peduli Pemilu! (Instagram/ dandhy_laksono)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Itu enggak jebol-jebol. Syaratnya emang sesakral itu, tiba tiba ada satu permohonan mengubah syarat presiden yang sudah berat tadi itu dengan gampang tadi, umur dibikin muda. Saya enggak ada masalah dengan umur, bagus malah. Tapi kemudian semua perubahan itu langsung berlaku seketika," ungkapnya. 

"Termasuk syarat bahwa berpengalaman menjadi kepala daerah, itu juga nggak ada masalah, malah bagus kalau ada syarat berpengalaman jadi kepala daerah misalnya. Tapi kemudian spesifik lagi syarstnya harus pernah atau bahkan sedang. Jadi semua cerita ini lewat di mata saya gitu ya, lalu saya pikir kayaknya kita perlu membuat strategi untuk membuat apa yang lewat tiap hari ini menajdi sesuatu yang bisa kita lihat dari jarak yang baik gitu, jadi kayak helicopter view gitu, ini sebenarnya apa sih. Jadi itu idenya," sambung Dandhy. 

Hal lain yang memicu Dandhy membuat film dokumenter Dirty Vote ialah ketika dia menonton podcasts Feri Amsari yang menceritakan soal peta kecurangan Pemilu

Ungkap Kecurangan Pemilu 2024, TKN Prabowo-Gibran soal Dirty Vote: Film Bernada Fitnah!

Dikuliti Lewat Film Dirty Vote Garapan Dandhy Laksono, Ketua Bawaslu RI Cemaskan Ini Jelang Nyoblos

Fakta Film Dirty Vote (instagram/@dandhy_laksono)
Fakta Film Dirty Vote (instagram/@dandhy_laksono)

"Tapi kemudian yang men-trigger adalah podcasts-nya Bang Feri Amsari, dia cerita soal peta kecurangan Pemilu dan segala macam. Terus saya merasa gila. Ini hal sebenarnya saya enggak terlalu peduli, jadi sebagai golputers saya enggak terlalu peduli dengan Pemilu. Jadi Pemilu mau apa kek, saya enggak terlalu peduli, tapi begitu melihat, ok orang masih percaya dengan sistem demokrasi dan Pemilu. Pemilu itu kan sebenarnya sirkulasi elite ya, momen untuk gantian, arisan berkuasa. Ini dia sirkulasi elite," bebernya. 

Lebih lanjut, Dandhy menilai sekalipun tidak dilakukan kecurangan Pemilu di Indonesia ini sudah tidak adil. Salah satunya tentang adanya aturan ambang batas atau presidential threshold sebesar 20 persen yang menutup kesempatan untuk orang-orang berpartisipasi dalam politik Pilpres. 

Puan Maharani Beri Ganjar Wayang Wisanggeni, Padahal Tokoh Angkuh dan Tak Punya Sopan Santun, Kok Bisa?

Viral Tuding Ada Massa Bayaran hingga Rp150 Ribu Saat Kampanye di JIS, May Rahmawati Kini Malah Minta Maaf

Baca Juga: Bawaslu DKI Ungkap Dugaan Politik Uang Caleg DPR di Tambora Pada Masa Tenang, Siapa Dia?

"Sistem yang udah nggak fair ini malah dicurangi gitu, jadi wow bertubi-tubi banget ya ininya daya hancurnya pada demokrasi. Ya sudah di situ saya putuskan, dan itu sebulan lalu Ben, pikiran itu. Jadi enggak saya rancang atau enggak kami rancangan, ok setelah Sexy Killers sukses kayaknya kita tahun depan atau Pemilu depan harus ini. Enggak," ujarnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI