Suara.com - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto turut memberikan komentar terkait film dokumenter Dirty Vote. Menurutnya, film dokumenter tersebut termasuk dalam kampanye hitam atau black campaign.
"Itu kan namanya 'black movie', 'black campaign' ya kalau itu kan enggak perlu dikomentarin," kata Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (12/2/2024).
Baca Juga:
Ibu-ibu dan Petugas Ribut di Pasar Bukittinggi Saat Bagi Kalender Anies: Kalau Prabowo Boleh?
Baca Juga: Banyak TPS di Demak Terdampak Banjir, Bawaslu Buka Peluang Lakukan Pemungutan Suara Susulan
Kampanye Akbar JIS vs GBK dari Penanganan Sampah, Mana yang Lebih Baik?
Airlangga lantas membeberkan alasannya menilai film garapan Dandhy Laksono itu termasuk kampanye hitam.
Menurutnya, film tersebut masuk ke dalam kampanye hitam karena disebarluaskan sesaat sebelum memasuki masa tenang yakni pada 11-13 Februari 2024.
Lebih lanjut, Airlangga berharap kepada sejumlah pihak untuk tidak memperkeruh situasi. Apalagi ia menilai proses Pemilu 2024 sudah berjalan aman dan tertib.
"Kita dorong aja pemilu sesuai dengan mekanisme yang ada dan kita optimis jangan ada pemilu yang diganggu oleh hal-hal semacam itu," ungkapnya.
Tentang Dirty Vote
Film Dirty Vote merupakan produksi WatchDoc yang disutradarai Dandhy Dwi Laksono.
Film itu mengurai tentang dugaan kecurangan yang ada di Pemilu 2024 yang menampilkan tiga pakar hukum yakni Feri Amsari, Bivitri Susanti serta Zainal Arifin Mochtar.
Sebelum ini, Dandhy Dwi Laksono juga pernah merilis sederet film dokumenter diantaranya Jakarta Unfair terkait Pilkada DKI Jakarta hingga Sexy Killers yang menguliti Pilpres 2019.