Film Dokumenter Dirty Vote: Tiga Pakar Hukum Bongkar Kecurangan Pemilu 2024

Minggu, 11 Februari 2024 | 16:53 WIB
Film Dokumenter Dirty Vote: Tiga Pakar Hukum Bongkar Kecurangan Pemilu 2024
Film dokumenter berjudul Dirty Vote yang mengungkap desain kecurangan Pemilu 2024. (tangkapan layar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiga pakar hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari mengungkap serangkaian kecurangan Pemilu 2024 lewat sebuah karya film dokumenter berjudul Dirty Vote. Film dokumenter eksplanatori yang digarap sutradara Dandhy Dwi Laksono tersebut resmi dirilis Minggu (11/2/2024) hari ini.

Dalam film tersebut Zainal Arifin, Bivitri, dan Feri Amsari berperan menerangkan bagaimana berbagai instrumen kekuasaan digunakan untuk tujuan memenangkan Pemilu sekalipun prosesnya menabrak hingga merusak tatanan demokrasi. Penggunaan kekuasaan yang kuat dengan infrastruktur yang mumpuni diterangkannya telah dilakukan penguasa demi mempertahankan status quo. 

Kampanye Akbar JIS vs GBK dari Penanganan Sampah, Mana yang Lebih Baik?

Sebut Connie Sebar Hoaks Prabowo Bakal Digantikan Gibran jika Presiden, TKN Bongkar Fakta Mengejutkan!

Penjelasan ketiga ahli hukum dalam film dokumenter tersebut dilandasi atas sejumlah fakta dan data yang mereka miliki. Kemudian bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara.

Film dokumenter berjudul Dirty Vote yang mengungkap desain kecurangan Pemilu 2024. (tangkapan layar)
Film dokumenter berjudul Dirty Vote yang mengungkap desain kecurangan Pemilu 2024. (tangkapan layar)

Bivitri secara sederhana menjelaskan film dokumenter Dirty Vote merupakan sebuah rekaman sejarah tentang rusaknya demokrasi di Indonesia.

“Bercerita tentang dua hal. Pertama, tentang demokrasi yang tak bisa dimaknai sebatas terlaksananya pemilu, tapi bagaimana pemilu berlangsung. Bukan hanya hasil penghitungan suara, tetapi apakah keseluruhan proses pemilu dilaksanakan dengan adil dan sesuai nilai-nilai konstitusi. Kedua, tentang kekuasaan yang disalahgunakan karena nepotisme yang haram hukumnya dalam negara hukum yang demokratis,” kata Bivitri kepada wartawan, Minggu (11/2/2024)

Menurut Bivitri keberanian sikap publik yang berani bersuara lantang dan bertindak menelan praktik lancung Pemilu sangat penting dan dibutuhkan dalam sejarah tahun ini. Hal tersebut demi menjaga cita-cita negara terus hidup dan bertumbuh.

Arie Kriting Sebut Kampanye 01 dan 03 Ramai, 02 Tak Disebut

Baca Juga: Tepis Kecurangan di Pemilu, Ketua KPU: Tuduhan akan Terbantahkan dengan Kerja-kerja Kita!

Bobby Bicara soal Bangun Stadion, Geisz Chalifah: Bikin Lampu Saja Seperti Lampu Pocong

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI