Suara.com - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman mempertanyakan bukti di balik pernyataan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD yang menuding adanya operasi menekan rektor-rektor kampus untuk menyatakan kebaikan pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi di tengah gelombang kritikan dari sivitas akademika.
Habiburokhman menilai pernyataan Mahfud tersebut hanya omon-omon tak berkualitas jika hanya berdasar informasi tanpa disertai bukti.
"Jadi kalau Pak Mahfud tidak menyampaikan bukti, hanya omon-omon, ya menurut saya itu pernyataan yang tidak berkualitas," kata Habiburokhman di Media Center TKN Prabowo-Gibran, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (6/2/2024).
Habiburokhman lantas mengklaim yang didengar justru berbeda dengan Mahfud.
Baca Juga: Desak Prabowo-Gibran Mundur, TKN Balas Kubu Ganjar-Mahfud: Ini Orang Frustasi Gak Baca Putusan DKPP!
"Kalau yang saya dengar beda, ada beberapa dosen partisan yang nyamar seolah-olah mengatasnamakan akademika menyampaikan narasi yang ingin men-donwgrade Pak Jokowi sekaligus paslon 02 (Prabowo-Gibran). Jadi kalau hanya berbasis pendengaran kan bisa berbeda yang didengar Pak Mahfud apa yang didengar Habiburokhman," ungkapnya.
Sebagaimana diketahui sejumlah sivitas akademika di beberapa universitas ternama memberikan kritik terhadap sikap Presiden Jokowi di Pilpres 2024.
Kritikan tersebut kali pertama disampaikan sivitas akademika dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk Petisi Bulaksumur di Balairung UGM, Yogyakarta, Rabu (31/1/2024).
Pernyataan sikap dan petisi dari civitas akademika UGM tersebut lantas diikuti oleh beberapa universitas lain. Mereka di antaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Andalas (Unand), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dan lain-lain.
*Operasi Menekan Rektor*
Baca Juga: Akademisi Turun Gunung, Ini Daftar Kampus yang Kritik Jokowi Jelang Pilpres 2024
Sebelumnya diberitakan, Mahfud mengungkap ada operasi yang dilakukan untuk menekan rektor-rektor. Pelaku tersebut menurutnya menekan rektor-rektor agar memberikan pernyataan sikap yang positif terhadap Presiden Jokowi.
“Secara bersamaan muncul operasi yang mendekati rektor-rektor yang belum mengemukakan. Mereka diminta untuk menyatakan sikap yang berbeda, untuk mengatakan bahwa Presiden Jokowi baik,” paparnya saat berdialog “Tabrak Prof” di Yogyakarta, Senin (5/2/2024).
Mahfud melanjutkan, ada beberapa rektor perguruan tinggi yang telah membuat pernyataan seperti yang diminta oleh pihak yang melakukan operasi tersebut.
Kendati demikian, ada juga rektor yang jelas-jelas menolak. Salah satunya, kata Mahfud, rektor Universitas Soegijapranata di Semarang.
“Dia (rektor) mengatakan diminta untuk menyatakan untuk pemerintahan Jokowi baik, pemilu baik dan lain sebagainya, nah itu yang beredar,” ungkapnya.
Adanya intervensi ke kampus-kampus, menurut Mahfud bisa saja terjadi. Tetapi untuk mengatakan perguruan tinggi itu takut karena adanya tekanan, itu tidak juga.
Saat ini, Mahfud menyebut sudah ada 59 perguruan tinggi yang menyatakan sikap untuk mengawal pemilu dan menyuarakan pemerintahan yang beretika. Menurutnya, semakin menekan perguruan tinggi, maka semakin bergelombang gerakan-gerakan tersebut.
“Oleh karena itu karena kita berada di Yogyakarta, mari kita mengucapkan terima kasih kepada para guru besar civitas akademika UGM (Universitas Gajah Mada) yang telah memulai lebih dulu untuk mengajak perguruan tinggi lain menyatakan sikap yang sama,” katanya.