Rektor Unika 'Diperintah Polda' Bikin Video Baik-baikin Jokowi: Ada Sesuatu yang Tidak Beres

Selasa, 06 Februari 2024 | 17:08 WIB
Rektor Unika 'Diperintah Polda' Bikin Video Baik-baikin Jokowi: Ada Sesuatu yang Tidak Beres
Rektor Unika Soegijapranata Kota Semarang Ferdinandus Hindiarto. [unika.ac.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Kota Semarang, Ferdinandus Hindarto mengaku mendapat 'perintah' dari orang Polda untuk membuat pernyataan 'baik-baik' mengenai kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Hindarto mengemukakan, pesan tersebut didapat saat ramai sejumlah civitas akademika perguruan tinggi membuat petisi terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Ya, di hari Jumat saya dapat WhatsApp dari orang yang ngaku anggota polisi atas intruksi Polda Jateng. Beliau minta saya untuk buat video," kata Ferdinandus kepada Suara.com melalui sambungan telepon, Selasa (6/2/24).

Baca juga:

Baca Juga: Profil Rektor Unika Soegijapranata, Ngaku Diminta Bikin Video Apresiasi Kinerja Jokowi

Mendapat 'perintah Polda', Hindarto memilih tidak menggubrisnya karena memiliki sikap yang berbeda dengan keinginan penguasa tersebut.

Hindarto menegaskan, sikapnya tidak jauh dengan pernyataan civitas akademik UGM, UII, UI dan perguruan tinggi lainnya yang kecewa dengan Presiden Jokowi yang diduga terlibat politik praktis.

Parahnya hingga Senin (5/2/24) kemarin, Hindarto masih dihubungi sampai beberapa kali ditelepon.

Tak hanya itu, ia juga dikirim video testimoni yang telah dibuat koleganya sesama rektor di Semarang, seperti pernyataan Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, UIN Walisongo Semarang dan lain-lainnya.

"Kami memilih sikap sebagai Universitas Katolik harus menyuarakan kebenaran. Ketika ada sesuatu yang tidak beres, kami harus berbicara jujur," paparnya.

Baca Juga: Mahfud Md Soal Informasi Rektor Kampus Diminta Apresiasi Jokowi: Ada Yang Diminta Bikin Video Lalu Diviralkan

Hindarto mengaku sebelumnya menghadiri pertemuan dengan 26 rektor Universitas Katolik seluruh Indonesia pada Sabtu (4/2/24) di Kota Surabaya. Pertemuan tersebut membahas sikap di tengah ketidakjelasan iklim demokrasi jelang Pemilu 2024.

"Panduan kami ada kok bahwa Universitas Katolik harus menyuarakan kebenaran. Jadi bukan mendukung salah satu paslon, tapi untuk menyuarakan kebenaran," katanya.

Hindarto pun mengungkapkan kekecewaan dengan gelaran pemilu yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024.

Baca: Anak Jokowi Sowan ke Cikeas, SBY Sapa Gibran: Sehat Kamu?

Apalagi setelah mendengar putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) memvonis Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) lantaran melanggar kode etik karena memproses pencalonan Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden.

"Ini sejarah pertama kali ada seorang presiden yang masih aktif dan anaknya jadi calon sesuatu yang tidak mudah. Semoga pemilu 2024 berjalan baik ditengah banyak hal yang kurang pas," katanya.

Sebelumnya diberitakan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD mengungkapkan ada operasi yang dilakukan untuk menekan rektor-rektor kampus yang belum menyatakan sikap.

Pernyataan tersebut disampaikan Mahfud dalam agenda 'Tabrak Prof' di Yogyakarta, Senin (5/2/2024) malam.

Mantan Menkopolhukam itu bahkan blak-blakkan menyebut ada beberapa rektor perguruan tinggi yang diminta untuk membuat pernyataan sikap oleh pihak yang melakukan operasi.

Namun, ada juga rektor-rektor yang punya pendirian menolak permintaan tersebut. Kata Mahfud, Rektor Unikas Soegijapranata Kota Semarang salah satu yang menolak.

"Dia (rektor) mengatakan diminta untuk menyatakan untuk pemerintahan Jokowi baik, pemilu baik dan lain sebagainya, nah itu yang beredar," ujarnya dikutip Suara.com.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI