Pemilu 2024 Sesak Para Pelanggar Etika, Ganjar: Mestinya Malu!

Selasa, 06 Februari 2024 | 13:44 WIB
Pemilu 2024 Sesak Para Pelanggar Etika, Ganjar: Mestinya Malu!
Calon Presiden RI Ganjar Pranowo berorasi pada "Hajatan Rakyat Kaltim" di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (6/2/2024). ANTARA/Devi Nindy
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyinggung para pelanggar etika Pemilu 2024.

Para pelanggar etika pemilu, kata Ganjar, semestinya memiliki rasa malu.

Baca Juga:

Arie Kriting Jadi Saksi Komika Abdur Tolak Jadi Buzzer, Lebih Pilih Dukung Anies Sesuai Hati Nurani

Baca Juga: Debat Capres Terakhir Bahas Stunting, Mahfud Md: Cuma Pak Ganjar Yang Ngerti

Momen Rocky Gerung Lempar Jaket AMIN: Saya Sudah Ketemu Anies 300 Kali

Berbeda Kubu dengan Anang Hermansyah di Debat Capres Terakhir, Sikap Aurel Dipuji

Setelah memiliki rasa malu, Ganjar juga menilai, para pelanggar etika itu seharusnya menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat.

"Mestinya ada rasa malu, mestinya ada permintaan maaf," kata Ganjar di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (6/2/2024).

Ganjar tak muluk-muluk meminta para pelanggar etika itu mengundurkan diri dari jabatannya.

Baca Juga: Penyandang Disabilitas Cerita ke Mahfud Md Saat Ditolak Parkir di Kantor Pengadilan

Sebab, ia ingat betul ada seseorang di Mahkamah Konstitusi (MK) yang sudah dipecat karena melanggar kode etik hakim, tetapi masih kekeuh mengajukan gugatan.

Meski tak menyebutkan nama, penjelasan Ganjar itu sesuai dengan kisah dari paman cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka yakni Anwar Usman.

"Saya tidak yakin mereka berani mengundurkan diri, wong yang di MK mundur saja, dipecat saja, masih menggugat," ungkapnya.

Melihat banyaknya pelanggaran etika membuat Ganjar bingung dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini. Sebabnya, mantan Gubernur Jawa Tengah itu melihat Indonesia bak kehilangan etika serta moral.

"Saya tidak tahu apakah negeri ini sudah betul-betul kehilangan etika dan moralnya. Maka ini, peringatan yang sangat keras dalam proses demokrasi," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI