Suara.com - Mahfud MD menyampaikan perasaan tak nyaman ketika dirinya menjabat sebagai Menko Polhukam tetapi harus berkampanye sebagai cawapres. Ia tidak menampik adanya konflik kepentingan yang timbul ketika menjalani dua tanggung jawab itu secara bersamaan.
Konflik kepentingan tersebut begitu terasa ketika Mahfud harus menjalani kunjungan kerja sebagai menteri. Meski hadir sebagai menteri, ia masih mendengar ada orang yang berteriak kepadanya dengan sebutan cawapres.
Baca Juga:
Baca Juga: Tak Biasa! Tiba-tiba Sri Mulyani Hadap Jokowi Siang Ini, Urusan Apa?
Aksi Alam Ganjar Jadi Sorotan, Lagi Bucin Sampai Nyanyi Lagu Pandangan Pertama Milik RAN
GKR Bendara Putri Sultan Jogja Jajan di Gerobak Angkringan, Tingkahnya Menjadi Sorotan Publik
Itu yang membuat ia merasa 'gerah' karena harus menjadi cawapres sekaligus menteri.
"Jadi, (saya) menjadi tidak enak sehingga saya ya harus berhenti berjalan-jalan atau berkunjung ke mana-mana sebagai menko polhukam,” kata Mahfud saat memimpin apel pagi di pelataran Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (2/2/2023).
“Kadang kala, sulit dibedakan,” sambungnya.
Selain soal konflik kepentingan, mantan Ketua Mahkamah Kostitusi tersebut memiliki alasan lain yang membuatnya memilih mengundurkan diri.
Ialah padatnya jadwal kampanye yang mengharuskan dirinya sering cuti sebagai menteri.
Lagi-lagi Mahfud merasa tidak enak karena menjadi sering meninggalkan meja kerjanya karena harus berkampanye.
"Saya masa tiap minggu bikin surat cuti, ndak enak. Tiap minggu untuk kampanye. Saya juga tidak menggunakan fasilitas kantor sama sekali, kecuali yang melekat ke pejabat, misalnya ajudan,” terangnya.
Cerita itu pun menjadi pesan terakhir Mahfud di depan seluruh pegawai di Kemenko Polhukam.
Menutup pidatonya, Mahfud menyampaikan terima kasih kepada seluruh pegawai karena mampu berlaku netral di Pemilu 2024.
“Dengan mereka (pejabat Kemenko Polhukam), saya terus bekerja dan mereka sangat profesional, tidak ikut-ikutan di dalam urusan politik. Saya tahu di berbagai lini itu sudah ada intel (agen intelijen, red.) pasti, dan mereka tahu bahwa di sini semuanya netral sehingga tidak ada sorotan atau intervensi di sini,” terangnya.
Mahfud memutuskan mundur sebagai menko polhukam menjelang hari pencoblosan Pilpres 2024.
Ia menyampaikan surat pengunduran diri sebagai Menko Polhukam kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (1/2/2024).
"Alhamdulillah bapak presiden sama dengan saya, kami bicara dari hati ke hati dengan penuh kekeluargaan dan sama-sama tersenyum, tidak ada ketegangan apapun, kita tersenyum bergembira," kata Mahfud usai pertemuan.
Ia mengatakan dirinya dan Jokowi juga saling berbagi cerita kala memulai untuk sama-sama saling bekerja.
"Bercerita masa lalu itu ketika kita mulai bekerja," tuturnya.
Dalam kesempatan itu Mahfud menyebut Presiden Jokowi mengapresiasi kepadanya karena menjadi Menko Polhukam terlama di era kepemimpinannya.
"Bahkan pak presiden mengatakan bahwa pak Mahfud adalah Menko Polhukam terlama dalam sepanjang penerintahan Pak Jokowi karena dulu Pak Tedjo tak sampai setahun, Pak Luhut setahun empat bulan, lalu pak Wiranto tiga tahun setengah lewat dua bulan saya hampir empat tahun setengah," pungkasnya.