Suara.com - Disebutnya nama Tom Lembong oleh Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres, Minggu (21/1/2024), rupanya berbuntut panjang. Terlebih usai Co-Captain Timnas Anies-Muhaimin itu turut berbicara soal Presiden Jokowi.
Tom Lembong menyinggung bahwa Jokowi diberi contekan pidato oleh dirinya saat masih menjabat sebagai Menteri Perdagangan (Mendag). Setelah itu, sejumlah pejabat yang berada di sisi Jokowi mulai 'menyerang' Tom.
Di antaranya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang kompak mengungkap kegagalan Tom. Hal ini lalu membuat latar belakang pendidikan ketiganya ikut disorot.
Pendidikan Luhut Vs Tom Lembong Vs Bahlil
Baca Juga: Adu Necis Tom Lembong vs Marty Natalegawa, 2 Mantan Menteri Viral Karena Gaya Perfeksionisnya
Luhut pernah mengenyam pendidikan di SD Yayasan Cendana milik perusahaan minyak tempat ayahnya bekerja, yakni Caltex. Begitu lulus, ia melanjutkan studinya ke SMP Yayasan Cendana dan SMAN 1 Pekanbaru.
Namun, ia dipindahkan ke SMA Penaburan, Bandung. Adapun saat G30S PKI pecah, Luhut ikut menyuarakan aksinya dalam menentang PKI dan pemerintahan orde lama melalui Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).
Baru di tahun 1967, Luhut mendaftarkan diri sebagai prajurit TNI melalui Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dan diterima. Ia pun diberikan Adhi Makayasa karena menjadi lulusan terbaik pada 1970.
Setelah itu, Luhut mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (SUSSARCABIF) dan kembali menjadi lulusan terbaik. Hal ini juga diterimanya usai menjalani Kursus Komando hingga diberi Sangkur Perak Komando.
Luhut pun tercatat mengikuti beberapa kursus lainnya. Mulai dari Kursus Lintas Udara yang turut diberi penghargaan Trophy Payung Emas, Kursus Lanjutan Perwira/SUSLAPA I, hingga Kursus Lanjutan Perwira/SUSLAPA II.
Baca Juga: Cerita Pedih di Balik Suara Ngebas Tom Lembong yang Disukai Donald Trump
Lalu, ia juga pernah mengikuti pendidikan di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) dan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (SESKO ABRI). Tak lupa pula Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS).
Selain di bidang militer, Luhut juga mengenyam pendidikan lain. Ia diketahui merupakan lulusan Masters in Public Administration, George Washington University, dan National Defense University, Amerika Serikat.
Sementara itu, Tom Lembong diketahui pernah bersekolah di Jerman. Pendidikan dasar ini ia enyam sampai usianya 10 tahun. Kemudian, ia melanjutkan jenjang SD dan SMP-nya itu di Sekolah Regina Pacis, Jakarta.
Ia yang juga pernah menjadi Kepala BKPM itu kemudian pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tepatnya, saat memasuki jenjang SMA. Lalu, ia berhasil lulus dari Universitas Harvard S1 Arsitektur dan Tata Kota pada 1994.
Terakhir, ada Bahlil yang mengenyam pendidikannya di SDN 1 Seram Timur dan SMPN 1 Seram Timur, Maluku. Lalu, ia pindah ke Fakfak, Papua dan melanjutkan studi menengah atasnya di sana. Tepatnya ke SMA YAPIS Fakfak.
Setelah itu, Bahlil berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay di Jayapura, Papua. Namun, ia mengaku lulus sangat telat, yakni pada usia 26 tahun. Hal ini karena keterlibatannya dalam kerusuhan Mei 1998 silam.
Luhut dan Bahlil Ungkap Kegagalan, Ini Respon Tom Lembong
Di waktu yang sama, Luhut dan Bahlil kompak mengungkap soal kegagalan Tom Lembong saat menjadi Kepala BKPM. Sebut saja terkait gagalnya sejumlah investasi, seperti pada Lotte Chemical dan PLTS Terapung Cirata.
Menanggapi ucapan Luhut dan Bahlil, Tom Lembong menyebut hal itu sebagai puncak dari kesalahan strategi tim debat cawapres. Ia mengibaratkan 'kebakaran' yang dibuat pihak Gibran justru membakar mereka sendiri.
Menurutnya, 'api' yang dihasilkan begitu besar hingga sosok-sosok hebat dikerahkan untuk memadamkannya. Mulai dari Luhut, Bahlil, Habiburokhman hingga Budiman Sudjatmiko, yang sampai buka suara 'menyerangnya'.
"Kayaknya kesalahan besar kemarin di debat cawapres mengerahkan strategi untuk Mas Gibran mengangkat nama saya berkali-kali. Itu backfire secara spektakuler itu asli senjata makan tuan," kata Tom Lembong ketika wawancara dengan jurnalis senior, Uni Lubis.
"Saya istilahkan semuanya lagi memadamkan kebakaran, pasukan pemadam kebakaran sampai segitunya berarti ini benar-benar kebakaran yang dahsyat," lanjut Tom Lembong.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti