Suara.com - Co-Captain Timnas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Sudirman Said membela Thomas Lembong terkait pengakuannya sering membuat contekan untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Sudirman, hal itu merupakan sebuah fakta. Ia menilai pria yang kerap disapa Tom Lembong itu sama sekali tidak melanggar etika.
"Saya kira yang disampaikan Pak Tom Lembong ini sekedar fakta dan pengalaman. Saya kira normal saja tidak ada yang melanggar," kata Sudirman kepada wartawan di Rumah Koalisi Perubahan, Jakarta Selatan, Selasa (23/1/2024).
Sudirman menjelaskan bahwa ia dan Tom Lembong memang sering berbagi pengalaman terkait pekerjaan. Baginya, Tom Lembong hanya bercerita tentang apa yang pernah dikerjakan selama ini.
Baca Juga: Viral Hoaks Percakapan Surya Paloh Marahi Anies, Sudirman Said: Jelas Suara Bikinan
"Saya pun sering bercerita apa yang saya lakukan pada saat bekerja dulu. Jadi tidak ada niat melanggar hanya menceritakan bagian dari tugasnya di masa lalu adalah menulis pidato," ucap Sudirman.
Sebelumnya diketahui, Tom Lembong memberikan respons terkait namanya yang sering disebut cawapres Gibran Rakabuming Raka pada debat Cawapres pada Minggu malam.
"Saya sangat mengapresiasi ucapan mas Gibran yang berkali-kali menyebut nama saya. Ya tentunya, selama 7 tahun saya membuat contekan dan menulis pidato, dan materi bicara bagi ayahnya, pak presiden," kata Tom Lembong di acara CNBC Indonesia, Senin (22/1/2024).
Tudingan dari TKN Prabowo-Gibran
Merespons hal tersebut, Wakil Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko menilai pernyataan Tom Lembong tersebut sebuah pelanggaran etika profesional sebagai seorang mantan menteri.
Baca Juga: Kans Surya Paloh-Megawati Bertemu dalam Waktu Dekat, Sudirman Said: Beliau Kan Bersahabat
"Pak Tom Lembong yang dulu sebagai pembantu presiden yang memberikan masukan kepada Pak Jokowi ini tidak layak diumumkan kepada publik. Apalagi menyebut, kata ayahnya mas Gibran, melanggar etika profesional. Padahal paslon satu seringkali bicara tentang etika," tegas Budiman Sudjatmiko kepada wartawan, Senin (22/1/24).
Ia menjelaskan, tugas seorang menteri sebagai pembantu presiden memang memberikan masukan kepada presiden sesuai keahliannya.
"Presiden memang tidak akan menguasai semua hal secara detail, itulah tugas pembantu seorang menteri. Untuk itu, dia dipercaya dan mendapatkan fasilitas dari negara. Toh, keputusan terakhir tetap diambil oleh Presiden," jelasnya.
Hal ini, menurut Budiman, tidak bisa dibandingkan dengan contekan yang dibacakan Cawapres Muhaimin saat debat.
"Dalam konteks Cak Imin, beliau hanya membacakan. Lagi pula, jika sudah diberikan masukan kenapa Cak Imin juga tidak bisa memahami pertanyaan Mas Gibran. Masih tidak nyambung," ucapnya.
"Kalau Cak Imin memang tak setuju dengan Tom Lembong yang memberi contekan itu, justru tak apa-apa. Tapi, ini tak paham tentang LFP yang sering disampaikan Pak Tom Lembong, bahwa katanya mobil listrik tak lagi butuh nikel," lanjut Budiman.
Budiman juga menyebut, tidak etisnya Tom Lembong tersebut akan membuat semua pihak tidak nyaman.
"Ketidaketisan secara profesional ini akan membuat tidak nyaman bos lamanya, maupun bos barunya. Karena itu akan berpotensi terjadi dengan mereka. Ini soal etika yang sering yang selalu dibicarakan Pak Anies dan Cak Imin. Problem itu ada di tubuh mereka,” pungkas Budiman.