Prabowo: Pangan Bukan Masalah Niaga, Tapi Masalah Hidup dan Mati Bangsa

Jum'at, 12 Januari 2024 | 12:55 WIB
Prabowo: Pangan Bukan Masalah Niaga, Tapi Masalah Hidup dan Mati Bangsa
Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto. [ANTARA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto menilai permasalahan pangan suatu bangsa tidak boleh diperlakukan sebagai masalah niaga.

Pernyataan itu ditegaskannya saat menjawab pertanyaan terkait strategi meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan kemandirian pangan dalam dialog dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).

Prabowo mengatakan, pertama yang harus dilakukan, berpijak dari falsafah untuk kemudian menghasilkan strategi.

"Jadi masalah pangan, masalah pertanian adalah masalah hidup dan matinya suatu bangsa. Berarti ini masalah strategis, ini tidak boleh diperlakukan sebagai masalah niaga," kata Prabowo di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Baca Juga: Pengakuan Jujur Prabowo: Terus Terang saja, Saya Mengakui Ibu Megawati Berjasa

Prabowo mengungkapkan sebab dari jumlah petani di Indonesia yang semakin berkurang. Terlebih angkatan muda yang tidak ingin meneruskan profesi tersebut.

"Jadi itu benar, kenapa berkurang petani karena anak-anak muda melihat bapaknya tidak untung, hidupnya susah, nilai tukarnya tidak cocok, dan bahwa alam neoliberal ini membuat anaknya petani sulit untuk dapat the basic service, sulit sekolah bagus karena semua dianggap harus, dianggap free market," ujar Prabowo

"Free market benar, tetapi basic hak dasar rakyat itu tidak boleh diperdagangkan," kata Prabowo.

Prabowo lantas mengingatkan zaman Presiden ke-2 RI Soeharto. Ia merasa pengelolaan pangan melalui Bulog saat itu sudah tepat.

"Jadi apa? Makanya pengelolaan yang sudah baik di zaman Pak Harto kenapa dibongkar? Yang benar waktu itu Bulog melaksanakan suatu operasi, suatu operasi pengendalian. Kalau harga untuk petani kurang baik bisa dikendalikan, tapi konsumen di kota juga dijaga," kata Prabowo.

Baca Juga: Jika Jadi Presiden, Ini Strategi Transformasi Bangsa yang akan Dijalankan Prabowo

Hanya saja, lanjut Prabowo, zama tersebut Indonesia kemudian menyerah dengan International Monetary Fund (IMF).

"Tapi waktu itu kita menyerah kepda IMF ya kan, kita percaya bahwa mereka cinta sama kita, padahal tidak ada."

"Dalam hubungan antarnegara tidak ada rasa cinta, yang penting adalah kepentingan mereka. Kalau kita ambruk nggak ada urusan bagi mereka," kata Prabowo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI